WELCOME 3:)

LETS ROCK WITH THE WORLD
MAKING WORLD KNOW WHO US
and SHOWING REASON for OUR EXISTENCE

Total Pageviews

Saturday, February 5, 2011

FBS III Filariasis part 1PARASIT Parasit adalah organisme yang hidup permanen atau sementara dalam tubuh host dengan tujuan mengambil sumber makanan dan mendapatkan perlindungan dari host.Host adalah organisme yang menampung parasit tersebut.Hubungan parasit dan host yang berguna untuk kelangsungan hidup parasit tersebut disebut parasitisme. Klasifikasi Parasit: 1. Parasit Obligat Parasit obligat tidak dapat hidup tanpa host atau sangat bergantung pada kehadiran host.Parasit jenis ini hidup permanen dalam tubuh host. 2. Parasit Fakultatif (Parasit Opportunis) Organisme yang dibawah kondisi menguntungkan dapat hidup bebas atau sebagai parasit ,misalnya amoeba yang hidup bebas (naegleria dan acanthamoeba) 3. Parasit temporer atau intermitten Parasit yang sebagian masa hidupnya,hidup bebas,sewaktu-waktu akan menjadi parasit contohnya strongyloides stercoralis 4. Coprozoic (Parasit Palsu) Merupakan spesies asing yang telah melewati saluran makanan tanpa menginfeksi host atau tidak menyebabkan efek tertentu. 5. Parasit insidentil Apabila parasit kebetulan bersarang pada hospes yang biasanya tidak dihinggapinya. 6. Pseudoparasit Merupakan artefak yang mirip parasit,seringkali disangka sebagai parasit. Menurut tempat hidupnya : 1. Ectoparasit Parasit yang hidup di luar tubuh host,yakni dengan menempel pada kulit atau untuk sementara menyerang bagian superfisial jaringan dari tubuh host.Cara menginvansinya disebut infestasi.contoh parasitnya adalah scabies,kutu yang ada pada kulit. 2. Endoparasit Hidup dalam tubuh host dan cara menginvansinya disebut infeksi.contohnya adalah tripanosoma vaginalis. Menurut jumlah hostnya: 1. Satu Host (monoxenous): Parasit yang hidup disatu host ,contohnya enterobius vermicularis. 2. Lebih dari satu host (Heteroxenous):Parasit yang hidup dibanyak host dan perlu hewan perantara,contohnya clonorchis sinensis,schistosoma japonicum,trichinella spiralis. HOST Klasifikasi Host: 1. Definitive Host Host dimana parasit mencapai kematangan seksual dan bentuk dewasa dari parasit hidup atau dimana tahap reproduksi seksual terjadi. 2. Intermediate Host Host dimana bentuk belum dewasa atau larva dari parasit bertempat tinggal atau host dimana parasit mengalami tahap reproduksi aseksual. 3. Paratenic Host Host tempat berlindung parasit saat berada dalam tahap istirahat dari perkembangannya tapi parasit masih memiliki kemampuan untuk melanjutkan siklusnya pada host berikutnya yang sesuai. 4. Vector Host yang mampu menyebarkan penyakit ke manusia.Ada dua jenis vektor ,yaitu vektor mekanis(phoretik) dan vektor biologis.Vektor biologis adalah vektor dimana sebagian siklus hidup parasit tersebut terjadi pada tubuh vektor tersebut. Seseorang yang sudah mengandung parasit kemudian terjadi reinfeksi dengan parasit spesies yang sama disebut superinfeksi,sedangkan bila infeksi tersebut terjadi oleh parasit yang sudah ada dalam tubuh orang tersebut disebut autoinfeksi. Pengandung Parasit (Sumber Infeksi) 1. Tanah atau air yang terkontaminasi 2. Makanan yang mengandung stadium infektif yaitu stadium parasit yang dapat menginfeksi manusia 3. Arthropoda penghisap darah 4. Binatang,baik binatang peliharaan maupun binatang buas. 5. Tumbuhan air 6. Dari manusia lain ( dari seseorang ke orang lain) 7. Dari diri sendiri Metode atau cara masuk parasit: 1. Mulut 2. Penetrasi melalui kulit 3. Gigitan Serangga 4. Inhalasi 5. Transplasenta (congenital) 6. Transmammary 7. Seksual 8. Transfusi darah 9. Transplantasi Jaringan Siklus Hidup Parasit Untuk mempelajari siklus hidup parasit ,perlu diketahui: - Sumber Infeksi (reservoir) - Sisi atau tempat masuk parasit ke dalam host - Perubahan Fisik parasit selama berada didalam host. Hal-hal tersebut dapat membantu dalam pengobatan,pencegahan dan pemberantasan parasit. Reproduksi dapat terjadi dalam dua cara: - Seksual : Pembiakan melalui dua jenis kelamin jantan dan betina - Aseksual : Tidak melaui alat kelamin misalnya dengan cara pembelahan. Organ seksual parasit dapat digolongkan menjadi: - Hermaphrodite : Dalam satu tubuh terdapat organ seksual jantan dan betina - Organ seksual terpisah Banyak parasit yang memiliki daur hidup yang sederhana dan langsung,yaitu stadium infektif (kista spora atau larva motil) yang dilepaskan oleh hospes dan diambil hospes lain,kemudian parasit tumbuh dan berkembang.Spesies parasit lain dapat memiliki siklus hidup yang rumit dan tidak langsung,seringkali membutuhkan satu atau lebih host sementara. Morfologi Parasit  Parasit dapat terdiri dari satu sel disebut protozoa atau banyak sel disebut metazoa yaitu helminth dan arthropoda.  Morfologi protozoa mirip morfologi sel secara umum,yaitu terdapat dinding sel,protoplasma ,inti serta bagian lainnya.  Tidak terdapat organ yang memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti pada binatang yang lebih tinggi tingkatannya,misalnya sistem pencernaan makanan dan aliran darah.  Morfologi parasit akan sesuai dengan lingkungannya.misalnya stadium kista dari protozoa yang memiliki dinding kuat,sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama. Epidemiology dan Distribusi Geografik Epidemiology adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor frekuensi serta distribusi dari suatu penyakit. Distribusi Geografi dari parasit: 1. Cosmopolitan : Parasit ada di hampir seluruh dunia 2. Regional :Parasit tersebar di beberapa daerah saja 3. Local : Parasit tersebar hanya pada satu daerah Epidemiology Parasit bergantung pada: 1. Sumber Infeksi (penderita ataupun host) 2. Kondisi lingkungan(iklim,curah hujan,suhu,sinar matahari,kelembapan) 3. Ketersediaan vektor penyebar (untuk infeksi yang membutuhkan vektor) 4. Kondisi Populasi ( kepadatan,Cultural habit dan tingkat pendidikan) Karakteristik Penyakit yang disebabkan oleh parasit  Infeksi oleh parasit dapat menimbulkan penyakit atau bersifat pathogen bergantung dari sistem imun dan nutrisi host.Jika host mengalami penurunan sistem imun dan dalam kondisi malnutrisi infeksi dapat menghasilkan penyakit ,tapi jika host memiliki sistem imun yang baik dan cukup nutrisi maka tidak akan menyebabkan kerusakan jaringan dan tidak menghasilkan gejala klinis.  Parasit yang hidup dalam sirkulasi darah atau jaringan pada host yang sensitif atau hipersensitif dapat menginduksi terjadinya reaksi alergi atau bahkan anaphylatic reaksi.misalnya nephritis oleh plasmodium malariae.  Perjalanan penyakit yang disebabkan oleh parasit biasanya kronik bergabung dengan diselingi periode laten tanpa gejala klinik yang nyata dan terkadang terjadi eksaserbasi akut (parah dan cepat).  Penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang terjadi karena: - Efek mekanik ,misalnya penekanan jatingan oleh pembesaran kista,penyumbatan lumen usus. - Invansi dan perusakan oleh parasit - Reaksi inflamasi terhadap parasit atau produknya - Kompetisi mendapatkan sari makanan tuan rumah. Kerusakan jaringan ini dapat menyebabkan gejala lokal atau sistemik.Gejala yang dihasilkan tidak spesifik sehingga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Diagnosa Gejala pada penyakit parasit umumnya tidak spesifik,sehingga untuk mendiagnosa perlu pemeriksaan laboratorium,untuk mencari salah satu stadium parasit.Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan tinja secara langsung,pemeriksaan anus ,biopsi,autopsi,pemeriksaan darah urin dan sputum serta reaksi immunologis. Pengobatan Pengobatannya dapat berupa pengobatan masal atau perorangan.Pada pengobatan penyakit harus diperhatikan: - Obat-obat berupa obat kemoterapi dengan efek letal terhadap parasit dan efek minimal pada host. - Kadang-kadang diperlukan tindakan bedah - Memperbaiki keadaan umum daya tahan penderita - Disertai dengan perbaikan sanitasi limgkungan. Pencegahan dan Pemberantasan Pada dasarnya pemberantasan penyakit parasit ditujukan untuk menuntaskan mata rantai dari siklus hidup parasit tersebut.Pencegahan dan pemberantasan penyakit parasit dapat dilakukan,antara lain: - Mengurangi sumber infeksi dengan mengobati penderita - Pendidikan kesehatan dengan tujuan untuk mencegah penyebaran penyakit parasit - Pengobatan host reservoir ZOOPARASITE 1. Protozoa - Merupakan organisme uniseluler eukariot,berukuran kecil dan tidak terlihat tanpa mikroskop.Termasuk dalam parasit saluran pencernaan,parasit darah dan parasit jaringan - Semua siklus hidupnya ada diluar tubuh manusia dan hampir semuanya dapat bermultiplikasi pada manusia. - Infeksinya dapat melalui proses menelan makanan,penghirupan udara atau melalui gigitan serangga - Tidak ditemukan eosinophilia pada infeksi protozoa. - Semuanya memiliki fase trophozoite yang rentan atau rapuh dan bentuk kista yang lebih resistan. - Pengambilan makanan melaui cara difusi dan terdapat tiga cara makan lain yaitu :fagositosis,pinositosis dan cara makan lewat sitostoma - Respirasi dilakukan baik secara aerobik (misalnya :plasmodium) maupun secara anaerobik (misalnya entamoeba histolytica).Parasit lebih banyak melakukan fermentasi aerobik dan anaerobik daripada oksidasi sempurna. - Reproduksi protozoa terdiri dari Pembelahan biner sederhana,Pembelahan multipel berganda (skizogoni) atau reproduksi integrasi seksual dan aseksual yang rumit. KLASIFIKASI Protozoa dibagi kedalam 7 phyla,4 yang penting yaitu: a. Sarcomastigophora Protozoa dengan inti tipe tunggal ,reproduksi seksual,organel untuk gerak berupa flagella pseudopodia atau keduanya. b. Apicomplexa Apikal kompleks (tampak dengan mikroskop elektron )umumnya memiliki cincin polar ,roptris ,mikroneme,konoid dan memiliki subpelikular mikrotube pada beberapa stadium,reproduksi seksual dengan singami. c. Microspora Parasit intraselular dengan ukuran kecil dengan spora berasal dari sel tunggal,dalam suatu kapsul yang tidak terbagi berisi sebuah ameboid. d. Ciliophora Silia sederhana atau suatu organel silier yang khas dan kompleks,biasanya dengan dua tipe inti,pembelahan biner transversal dan ditemukan vakuola kontraktil yang khas. Menurut Habitat • Protozoa usus dan rongga tubuh: entamoeba,balantidium coli,giardia lamblia,trichomonas sp. • Protozoa darah dan jaringan:Leishmania,trypanosoma,toxoplasma,plasmodium. • Ameba jaringan otak primer : Naeglaria dan Acanthamoeba. MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP  Bentuknya ada yang sperik atau ovoidal,lainnya tidak teratur.Protozoa ada yang memiliki bentuk tetap dan ada pula yang berubah-ubah.Bentuknya akan berubah sesuia dengan stadium dalam siklusnya.  Protozoa usus memiliki dua stadium pokok,yaitu: 1. Stadium trophozoit Bentuk vegetatif atau proliferatif,dapat bergerak aktif,tidak resisten terhadap perubahan lingkungan sehingga untuk masuk kepada hospes baru perlu berubah menjadi bentuk kista yang lebih resisten.Perubahan dari bentuk trophozoit menjadi kista disebut enkistasi 2. Stadium Kista Resisten,merupakan bentuk infektif.Dinding kista merupakan hasil sekresi dari ektoplasma sehingga menjadi resisten daripada bentuk tropozoit.Berfungsi juga untuk mempertahankan diri. Bagian-bagian sel protozoa 1. Inti ,untuk mempertahankan hidup serta untuk reproduksi.Bagian inti terdiri atas membran inti,nukleoplasma,kariosom,serabut inti dan kromatin. 2. Sitoplasma yang terdiri atas Endoplasma yang keruh ,bergranula ,terdapat inti,vakuola,apparatus golgi,mitokondria serta organel lain dan ektoplasma yang jernih,homogen yang berfungsi sebagai alat gerak,alat menangkap dan membuang sisa makanan,respirasi serta alat mempertahankan diri. 3. Kinetoplas yang terdapat pada flagelata yang merupakan tempat munculnya flagel. 4. Alat Gerak protozoa,dapat berupa Pseudopodium atau kaki semu yang merupakan penonjolan tiba-tiba dari ektoplasma,flagelum atau bulu cambuk dan cilium atau bulu getar. 2. Metazoa - Merupakan parasit multiseluler dengan struktur sel eukariot,berukuran besar dan terlihat walaupun tanpa mikroskop.Termasuk dalam Nematoda (round worms),Trematoda (flukes),cestoda (tepeworm) dan arthropoda. - Semua siklus hidupnya diluar tubuh manusia dan kebanyakan tidak bisa bermultiplikasi dalam tubuh manusia. - Infeksinya dapat melalui proses menelan makanan ,penetrasi melalui kulit atau gigitan serangga. - Ditemukan eosinophilia pada infeksi oleh semua helminth. - Helminth adalah salah satu kelas yang penting pada metazoa 2.1 Helmintologi Umum Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari cacing yang hidup sebagai parasit pada manusia. KLASIFIKASI Helminth dibagi atas tiga phyla ,yaitu: - Phylum Annelida Antara lain lintah,merupakan ektoparasit penghisap darah di air atau di darat.Lintah yang hidup di air biasanya dari spesies limnatis dan lintah yang hidup di darat terutama dari spesies haemadipsa misalnya pacet. - Phylum Nemathelminthes Termasuk phylum ini yaitu cacing bulat memanjang seperti benang.Kulit luar tidak bersegmen,kutikula licin kadang-kadang bergaris,memiliki rongga badan,jenis kelamin terpisah.Parasit bagi hewan dan manusia yaitu kelas nematoda. - Phylum Platyhelminthes Terbagi menjadi dua kelas ,yaitu: a. Trematoda Bentuk seperti daun,memiliki rongga badan ,bersifat hermafrodit,alat pencernaan buntu dan telurnya memiliki operkulum. b. Cestoda Bentuk seperti pita,parasit pada hewan dan manusia.Kelas ini umumnya tidak memiliki rongga badan dan alat pencernaan makanan serta bersifat hermaphrodit. MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP Nematoda usus umumnya tidak membutuhkan tidak membutuhkan tuan rumah perantara,siklus hidupnya sementara dan tersebar diseluruh dunia. Menurut medium penularannya ,penyakit cacing digolongkan dalam lima kelompok,yaitu: - Penularan melaui tinja atau Feses.Telur atau larva menjadi infektif bila melalui atau berada di anus. - Penularan melalui tanah (soil transmittes).Telur atau larva menjadi infektif sesudah menjalani proses pematangan didalam tanah. - Penularan melaui arthropoda.Stadium infektif berkembang didalam tubuh arthropoda - Penularan melalui siput. - Penularan terjadi melalui daging hewan. NEMATODA • Merupakan spesies dengan jumlah terbanyak,hidup bebas di air tawar,laut serta lumpur dan perkebunan • Cara memperoleh makanan ,diantaranya :(1) menggigit mukosa usus serta mencerna darah (2) menusuk dan mencerna jaringan lisis hospes (3) Memakan sari makanan lumen usus (4) Memakan sari makanan dari cairan tubuh hospes. Morfologi dan siklus hidup  Ukuran mulai dari 2 cm sampai lebih dari satu meter  Bentuk bulat panjang seperti benang,tidak bersegmen,kulit diliputi kutikula  Cacing jantan lebih kecil dari cacing betina,ujung posteriornya melengkung.  Mempunyai kepala ,ekor,dinding dan rongga badan yang disebut pseudoselom,saluran pencernaan makanan ,sistem syaraf ,sistem eksresi ,sistem reproduksi tapi tidak memiliki sistem sirkulasi darah.  Dalam siklus hidupnya terjadi tiga stadium yaitu telur,larva dan dewasa.  Telur ataupun larva dikeluarkan dari badan hospes bersama tinja ,urine tau bersama darah  Larva mengalamai pertumbuhan dengan pergantian kulit sampai membentuk stadium infektif yang dapat masuk dalam tubuh manusia secara aktif.  Seekor cacing betina bertelur antara 20-200 ribu butir perhari. Klasifikasi menurut habitatnya 1. Nematoda usus (intestinal),berdasarkan cara transmisinya: a. Soil Transmitted Helminth - Ascaris lumbricoides - Trichuris trichiura - Hookworm - Strongyloides stercoralis - Trichostrongylus b. Non-soil transmitted Helminth - Enterobius vermicularis - Trichinella spiralis - Capillaria philippinensis 2. Nematoda darah dan jaringan - Wuchereria bancrofti - Brugia malayi - Brugia timori - Onchorera valvulus - Loa loa - Mansonella ozzardi TREMATODA Nama lain cacing daun Karakteristik : a. metazoa ( multiseluler) b. berbentuk seperti daun c. terdiri dari 3 lapisan d. tidak memiliki rongga badan (acelomate) dan tidak memiliki sirkulasi darah e. memiliki sisstem eksresi dan berakhir pada flame cell f. umumnya bersifat hermaprodit Ada 4 kelompok trematoda berdasarkan habitat 1. trematoda usus membutuhkan 2 tuan rumah perantara, Fasciola busci, Echinostoma ilocanum, Heterophyes heterophyes, Metagonimus yokogawai, Gastrodiscoides hominis, Watsonius watsoni 2. trematoda hati umumnya diteukan d saluran empedu menginfiltrasi jaringan hati, hospes definitif manusia Clonorsis sinensis, Dicrocoelium dendriticum, Opisthorcis felineus, Opisthorchis viverini, Fasciola hepatica, 3. trematoda paru-paru Paragonimus westermani 4. trematoda darah Schistosoma japonicum, Schistosoma mekongi, Schistosoma mansoni, Schistosoma intercalatum CESTOIDEA Cestoda merupakan subklas dari klas Cestoidea. Disebut juga tapeworm (cacing pita) masuk ke dalam phylum Plathyhelminthes (cacing pipih) Karakteristik umum: a. pipih dorsovebtral, seperti pita sehingga terdiri dari 3 bagian yaitu: 1. kepala(scolex) delengkapi alat melekat/sucker pada ujung anterior kadang-kadang dilengkapi dengan rostellum yang berkait ataupun tidak berkait 2. leher (neck) merupakan bagian sempit diantara kepala dan badan yg terus-menerus berploriferasi untuk membentuk proglotid baru 3. badan disebut stobila. Bagian yang terdiri dari segmen-segmen (proglotid) ada 3 macam: * immature yg langsung melekat pada leher * matur ( matang) memiliki alat kelamin lengkap * gravid (hamil) berisi telur b. bersifat hermaprodit c. memiliki saluran saraf dan alat ekresi walaupun sederhana d. acelomata, tidak memiliki sistem aliran darah dan saluran pencernaan makanan. Makanan diarsorbsi melalui body wall tampak seperti vili pada usus manusia diberi nama mocrothrix Klasifikasi Dibagi dala 2 ordo : a. Ordo Pseudophyllidea Kepala memilikii lekuk atau cealh yang disebut Bothrium Contoh : Diphyllobothrium latum b. Ordo Cyclophillidea Kepala seperti mangkok dan memili batil isap Contoh : Taenia saginata tidak punya cisticeroris, hospes definitif manusia, hospes perantara sapi, tahap infectif cisticerus bovis, tahap diagnostik elur d tinja Taenia solium Punya cisticerosis hospes defenitif manusia, hospes perantara babi, tahap infectif cisticerus cellulise,tahap diagnostok pada tinja INTESTINAL PROTOZOA Entamoeba histolytica Sinonim : Amoeba dysentriae, Entamoeba tetragena, Entamoeba dispar, Entamoeba venaticurn Hospes : manusia, bisa juga pada kera, anjing, kucing, babi, tikus Penyakit : Amebiasis Habitat : daerah caecum Epidemiologi : kosmopolit, paling banyak di daerah tropik. Penyakit ini berkaitan dengan sanitasi kurang baik, kepadatan penduduk, makanan dan gizi kurang baik, tingkat pendidikan serta sosial ekonomi yang rendah. Umumnya infeksi usus oleh Entamoeba histolytica bersifat asymptomatic. Parasit ini menyerang semua usia terutama usia dewasa Morfologi : Entamoeba histolytica mempunyai 2 bentuk utama dengan satu bentuk peralihan yaitu 1. Trofozoit • Bergerak aktif • Diameter 10-60 µ • Endoplasma bergranula • Ektoplasma lebar, jernih • Pseudopodium tipis seperti jari • Inti tunggal terletak eksentris 2. Prekista • Bulat / bujur • Tidak berwarna • Lebih kecil dari tropozoit ebih besar dari kista • Pseudopodium dikeluarkan perlahan lahan, tidak ada gerak yang progresif 3. Kista • Oval / bulat • Simetris • Dinding halus • Tidak berwarna • Jumlah inti 1,2, atau 4 SIKLUS HIDUP 1. Kista matang yang resisten, merupakan stadium infektif, bila termakan seseorang, akan tahan terhadap keasaman lambung 2. Ekskistasi : dinding kista musnah amoeba keluar dalam stadium metakista berinti 4 yang akhirnya akan membelah diri menjadi 8 trofozoit muda 3. Enkistasi di usus besar ( trofozoit menjadi kista) 4. Invasi ( Faktor : adanya bakteri Streptobacillus, makanan yang banyak mengandung kolesterol atau karbohidrat) DIAGNOSA 1. Diagnosa Klinik, berdasarkan : Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi dan sigmoidoskopi 2. Diagnosa laboratorium Amebiasis usus : • Tinja encer untuk pemeriksaan adanya bentuk trofozoit Entamoeba histolytica • Tinja padat untuk pemeriksaan kista • Pemeriksaan sigmoidoskop • Pembiakan • Test hemaglutinasi dan presipitasi Balantidium coli Sinonim : Balantidium suis Penyakit : Balantidiasis, balantidiosis, disentri balantidium Habitat : Mucosa dan submucosa usus besar terutama caecum bagian terminal dan ileum Hospes : manusia, babi, kera Morfologi • Protozoa usus terbesar • Trofozoit : kelabu tipis, lonjong berbentuk seperti kantung ; silia tersusun longitudinal dan spiral shngga geraknya melingkar ; mempunyai 2 vakuola kontraktil, 2 nukleus • Kista : Hijau bening, lonjong, dinding rangkap, memiliki makronukleus, vakuola kontraktil dan silia Siklus Hidup sama dengan siklus hidup Entamoeba histolytica, tapi pada Balantidium coli kista tidak dpat membelh diri. Kista termakan bersama makanan atau minuman, terjadi ekskistasi di usus halus, menjadi trofozoit, memeblah diri di caecum. Trofozoit masuk ke kolon lalu terjadi enkistasi menjadi kista lalu keluar bersama tinja Giardia lamblia Sinonim : Cercomonas intestinalis, Lamblia intestinalis, Giardia enterica, Giardi intestinalis, Megastoma entericum Penyakit : Giardiasis Habitat : Duodenum, jejunum bagian atas, saluran empedu,kantung empedu Morfologi dan Siklus Hidup Bentuk vegetatif : pipih dorso-ventral (seperti jambu monyet), berinti 2, mempunyai 4 pasang flagel Kista : lonjong, berinti 2-4 pada satu kutub Blood and Tissue Nematoda Nematoda yang hidup sebagai parasit di dalam darah dan jaringan manusia terdiri atas tiga kelompok, yaitu : 1. Cacing filarial dan dracunculus 2. Invasi larva migrans di dalam kulit, jaringan di bawah kulit serta alat dalaman. 3. Nematoda yang jarang didapat, di dalam jaringan hati, ginjal, paru-paru, mata dan subkutis. Nematoda yang hospes definitifnya manusia, tetapi ada juga filaria pada binatang, larvanya dapat menular pada manusia, menimbulkan tropical eosinophilia. Cacing Filaria Parasit filaria pada manusia yaitu 1. Wuchereria bancrofti 2. Brugia malayi 3. Brugia timori 4. Loa loa 5. Onchocerca volvilus 6. Acanthocheilonema perstans 7. Mansonella ozzardi Morfologi Beberapa hal penting dari microfilaria untuk menentukan spesies filaria (preparat tes darah tebal dengan pewarnaan giemsa) : 1. Bentuk tubuh microfilaria ada yang halus atau bersudut, seperti patah-patah. 2. Sarung, berupa membrane halus menutupi microfilaria, melekat ketat, jelas terlihat pada bagian kepala dan ekor, berasal dari kulit telur yang belum diketahui fungsinya. Mikrofilaria, Wucheria brancofti, Brugia malayi, Brugia timori dan Loa loa memiliki sarung, merah muda. 3. Inti, merupakan sebaris sel berwarna, hamper mengisi sepanjang tubuh, merupakan sisa usus atau alat lain. Diperhatikan inti pada bagian ekor dan kepala. Inti di bagian ekor pada genus Wuchereria kosong, sedangkan Brugia berisi inti, dapat membantu menentukan spesies. 4. Ruang kepala (Cephalic Space), bagian kepala yang bebas inti. Untuk menentukan spesies, filaria biasanya diperhatikan panjang dan lebar ruang kepala. Habitat Sistem peredaran darah, limpa, otot, jaringan ikat atau rongga serosa. Vektor Transmisi Nyamuk anopheles, aedes, mansonia, culex, bisa juga simulium, chrysops atau culicoides, tergantung spesiesnya. Siklus Hidup - Cacing betina vivipar melahirkan microfilaria pralarva, hidupnya di dalam darah, subkutan atau jaringan lainnya. - Filaria membutuhkan insekta sebagai vector. Manusia mendapat infeksi dengan melalui tusukan atau gigitan vector yang mengandung microfilaria yang efektif. - Mikrofilaria yang dilahirkan sampai ke dalam darah dengan menembuh dinding saluran limfa ke dalam pembuluh darah kecil yang berdekatan atau melalui ductus thoracicus. Mikrofilaria ini tidak tumbuh lebih lanjut kecuali apabila diisap oleh vector. - Apabila microfilaria terisap vector yang sesuai, beberapa jam kemudian menembus dinding usus tengah dan bergerak ke otot thorax, mengadakan metamorfosa menjadi stadium infektif dalam waktu 1-3 minggu. - Apabila serangga tersebut menggigit seseorang, larva meninggalkan ujung proboscis serangga ke kulit dekat lubang gigitan, kemudian memasuki tubuh hospes melalui luka gigitan tersebut. Periodisitas Periodisitas yaitu waktu dimana didapat microfilaria dalam jumlah banyak di dalam darah perifer hospes. Macam-macam periodisitas : 1. Periodisitas nokturna, microfilaria ditemukan hanya pada malam hari. Contoh: Wuchereria bancrofti, Brugia malaya, Brugia timori. 2. Subperiodik nokturna, ditemukan pada malam atau siang hari, paling banyak siang hari. 3. Periodisitas diurna, microfilaria ditemukan hanya pada siang hari. Contoh: Loa loa. 4. Subperiodik diurna, ditemukan pada malam atau siang hari, paling banyak malam hari. 5. Non periodik, siang dan malam hari, ditemukan sama banyaknya. Contoh: Acanthicheilonema perstans, Onchocerca volvulus. Di Indonesia, Wuchereria bancrofti, Brugia malaya, Brugia timori dan darah perifer diambil pada malam hari antara jam 22.00-02.00. Kasus Primer (Habitat, Hospes dan Vektor) 1. Wuchereria bancrofti a. Habitat, saluran dan kelenjar limfa terutama dibawah diafragma, microfilaria terdapat di dalam darah. b. Manusia merupakan tuan rumah definitif. c. Bentuk : Cacing dewasa berwarna putih kekuning-kuningan diliputi kutikula halus berbentuk silindris seperti benang, kedua ujung tumpul, bagian anterior membengkak, mulut berupa lubang sederhana tanpa bibir ataupun alat lainnya, langsung menuju esophagus dengan sebuah rongga bukal tetapi tanpa tonjolan maupun kontriksi seperti tanda khas yang terdapat pada beberapa nematode. d. Vektornya tergantung periodisitas: - Nokturna, ada dua bentuk yaitu: • Filariasis bancrofti perkotaan (urban bancroftian filariasis) vector utamanya culex fatigans, hidup di dalam rumah, perindukannya air kotor sekitar rumah. • Filariasis bancrofti pedesaan (rural bancroftian filariasis) vektornya nyamuk aedes, anopheles dan mansoni. - Subperiodik diurna, vektornya terutama aedes polynisiensis, menggigit siang hari. Untuk pulau-pulau di daerah polinesia (Samoa, Fiji, pulau lainnya). e. Siklus hidup f. Pathogenesis Perkembangan dalam tubuh hospes W. bancrofti dapat dibagi atas beberapa periode, yaitu : 1. Masa Inkubasi Biologi, waktu yang dibutuhkan sejak masuknya larva infektif menembus kulit sampai munculnya microfilaria untuk pertama kali di dalam darah perifer, biasanya membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih. 2. Periode Asimtomatik, biasanya berlangsung bertahun-tahun tanpa adanya gejala yang nyata walaupun microfilaria telah ditemukan dalam darah perifer. Periode ini banyak terdapat terutama di daerah endemic filariasis. 3. Stadium Akut, Antigen dari cacing betina dewasa menyebabkan respon inflamasi, cacing menghambat kelenjar limphe dan menyebabkan limphedema disertai demam filarial, infeksi kulit dan nyeri. 4. Stadium Kronis, ditandai dengan adanya pembengkakan organ bersangkutan dalam suatu tipe elephantoid atau terjadinya perkembangan lymphocele kadang-kadang disertai rupture atau terjadinya suatu fibrosis. Elephantoid ekstrimitas atau scrotum dapat mencapai ukuran besar yang merupakan beban bagi penderita. 2. Brugia malayi a. Habitat, saluran dan kelenjar limphe, microfilaria terdapat di dalam darah. b. Hospes, selain pada manusia juga kera, anjing dan kucing (hospes reservoir). c. Bentuk : Cacing dewasa banyak kesamaan dengan W. bancrofti namun berbentuk silindris menyerupai benang didapatkan berpasangan dalam saluran limphe yang berdilatasi, ujung anterior terdapat mulut tanpa bibir diliputi dua baris papilla. Baris sebelah dalam 6, dan sebelah luar 4 buah seperti juga pada W. bancrofti hanya pada B. malayi sedikit lebih besar. d. Vektor nyamuk mansonia spp. dan anopheles spp., tergantung tipe periodisitas: - Tipe Subperiodik nokturna vektornya, M. uniformis dan M. Indiana mempunyai tempat perindukan di rawa-rawa. - Tipe Periodik nokturna vektornya, anopheles barbirostris, terdapat banyak di sawah. e. Siklus hidup f. Pathogenesis: Penyakit ini umumnya sama dengan filariasis bancrofti dimana terdapat limphadenopati, lymphadenitis akhirnya terjadi elephantiasis. Diantaranya terdapat pula asimtomatic sedangkat di dalam darah perifer ditemukan microfilaria. Gejala utamanya yaitu, demam, lymphangitis dan lymphadenitis. Pada penderita elephantiasis sering mengenai tungkai bawah, lengan, mungkin daerah lipat paha, jarang sekari menyerang scrotum. Kadang-kadang timbul gejala alergi asma bronchiale, hipereo sinofili serta adenopati. 3. Brugia timori a. Habitat: Saluran dan kelenjar limphe, microfilaria terdapat di dalam darah. b. Manusia merupakan tuan rumah definitif, tidak ditemukan hospes reservoir. c. Bentuk: Pada umur 142 hari, cacing jantan dengan ukuran terbesar 2 cm x 70 mm sedangkan cacing betina 3 cm x 100 mm. Pada kedua jenis kelamin, ujung anteriornya melebar pada kepalanya yang membulat. Ekornya berbentuk seperti pita dan agak bundar. Pada tiap sisi terdapat papil circum oral yang teratur pada bagian luar dan bagian dalam membentuk lingkaran, esophagus panjangnya lebih kurang 1 mm dengan ujung yang kurang jelas diantara otot dan kelenjar. d. Vektor anopheles barbirostris, tempat perindukan di sawah, mengisap darah malam hari baik di dalam rumah maupun di luar rumah. e. Pathogenesis : Mikrofilaria B. timori bersifat periodic nocturna dan siklus hidupnya mirip dengan W. bancrofti serta B. malayi, menyebabkan demam dan lymphedema. SOIL TRANSMITTED HELMINTHS Definisi : Cacing yang perkembangan embrionya pada tanah Faktor yang perkembangan serta tertularnya kelompok cacing ini (di Indonesia) antara lain adalah : - Iklim tropis yang lembab - Higiene dan sanitasi yang kurang baik - Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah - Kepadatan penduduk yang tinggi - Kebiasaan hidup yang kurang baik Berbagai cara memperoleh makanan yang dilakukan oleh cacing antara lain : - Menggigit dan mencerna darah (pada cacing tambang) - Menusuk dan memakan jaringan lisis serta darah (pada Trichurus trichiura) - Memakan sari makanan dalam usus (pada Ascaris lumbricoides) - Memakan sari makanan dari cairan tubuh (pada cacing filaria) Kelompok cacing tersebut umumnya membutuhkan tanah untuk pematangan telur atau larva yang tidak infektif menjadi telur atau larva yang infektif. Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang) MORFOLOGI 1. Cacing Dewasa - Merupakan dasar morfologi nematoda pada umumnya. - Nematoda usus terbesar , putih kekuning kemerahan, cacing mati putih. - Badan panjang silindris, kedua ujung lancip, kutikula bergaris melintang. - Mulut dengan tiga bibir (1 dorsal dan 2 lateroventral), bibir dorsal memiliki sepasang papil peraba, dibagian dalam memiliki gigi kitin yang kecil. a.Cacing jantan Ukuran 15-30 cm x 3-5 mm, bagian posterior melengkung kedapan, terdapat kloaka dengan 2 spikula yang dapat ditarik . b.Cacing betina Ukuran 22-35 cm x 3-6 mm, vulva membuka kedepan pada 2/3 bagian posterior tubuh terdapat penyempitan lubang vulva disebut cin-cin kopulasi . Menghasilkan telur 200.000 butir sehari selama hidupnya (6-12 bulan) 2.Telur - Ukuran telur tergantung makanan dalam usus hospes - Telur keluar bersama tinja dalam keadaan belum membelah - Ada 3 bentuk telur yang mungkinditemukan , yakni : a. Telur yang dibuahi Berukuran 60x45 µm, bulat atau oval, dinding telur kuat, terdiri atas 3 lapis, yaitu : - Lapisan luar (lapisan albuminoid) : permukaan tidak rata, bergerigi, berwarna kecokelat-cokelatan karena pigmen empedu - Lapisan tengah (Lapisan kitin) : terdiri atas polisakarida - Lapisan dalam ( membran vitellin) : terdiri atas sterol yang liat sehingga telur dapat tahan sampai satu tahun . b. Telur yang dekortikasi - Merupakan telur yang dibuahi tetapi kehilangan lapisan albuminoidnya (tidak bergeri lagi). - Yang kortikasi maupun dekortikasi terapung dalam larutan garam jenuh . c. Telur yang tidak dibuahi - Dihasilkan oleh betina yang tidak subur atau terlalu cepat dikeluarkan oleh betina yang subur . - Berukuran 90x40 µm, dinding tipis, serta tenggelam dalam larutan garam jenuh SIKLUS HIDUP - Telur keluar bersama tinja dalam keadaan belum membelah, diperlukan pematangan ditanah yang lembab dan teduh selam a20 – 24 hari dengan suhu optimum 30˚ untuk menjadikannya infektif - Telur infektif berembrio, tertelan , dilambung telur menetas, keluar larva . Cairan lambung , mengaktifkan larva , bergerak ke usus halus , menembus mukosa usus , masuk ke dalam kapiler darah , terbawa aliran darah kehati, jantung kanan, paru – paru , keluar dari kapiler darah masuk ke alveolus , broncheolus, broncus, trachea sampai ke larynx , tertelan masuk ke esophagus , ke lambung , kembali ke usus halus untuk menjadi dewasa . - Waktu yang diperlukan mulai dari larva menembus mukosa usus, ke paru – paru dan berakhir di lumen usus, 10-15 hari . Sedangkan mulai berada di dalam usus (yang kedua) sampai menjadi dewasa dapat menghasilkan telur butuh waktu 6-10 minggu . PATOLOGI DAN KLINIK - Penyakitnya disebut ascariasis atau infeksi ascaris . - Cacing dewasa, tinggal diantara lipatan mukosa usus halus , dapat menimbulkan iritasi sehingga tidak enak di perut berupa serta sakit perut yang tidak jelas . - Kadang – kadang cacing dewasa terbawa kearah mulut karena kontraksi usus dan dimuntahkan, sehingga keluar dari mulut maupun hidung . - Dinding usus dapat ditembus , apabila dibiarkan maka cacing keluar menembus dinding perut , pada anak – anak biasanya melalui umbilicus sedangkan pada orang dewasa melalui inguinal . - 20 cacing dewasa perhari merampas 2,8 gram karbohidrat dan 0,7 gram protein . - Efek utama pada anak sering menimbulkan perut buncit , pucat, lesu, rambut jrang berwarna merah serta badan kurus . DIAGNOSA - Diagnosa ascariasis ditegakkan berdasarkan penemuan telur cacing dalam tinja , larva dalam sputum, cacing dewasa keluar dari mulut , anus maupun hidung . - Untuk menentukan tingkat infeksi , diperiksa jumlah telur per gram tinja atau jumlah cacing betina yang ada dalam tubuh hospes . - Satu ekor cacing betina per-hari menghasilkan lebih kurang 200.000 telur atau 2.000 – 3.000 telur per gram tinja . No Beratnya Ascariasis Jumlah Telur per gram tinja Jumlah cacing betina 1. Ringan Kurang dari 7.000 5 atau kurang 2. Sedang 7.000 sampai 35.000 6 - 25 3. Berat Lebih dari 35.000 Lebih dari 25 PENGOBATAN Beberapa obat anhelmentik sekarang ini lebih efektif dengan efek toksik yang relatif rendah dari pada obat – obat dulu yang sudah populer misalnya santonin, oleum chenopodium serta hexylresorcinol . Beberapa obat dari anhelmentik yang dapat dipilih antara lain : - Pyrantel pamoate, diberikan sebagai dosis tunggal 10 mg per-kg berat badan dengan maksimum pemberian 1 gram . - Levamisole hydrochlorida, diberikan sebagai dosis tunggal 2,5 – 5 mg per-kg berat badan . - Garam piperazine, 75 mg per-kg berat badan , maksimum 3,5 gram , diberikan 2 hari sebagai dosis harian tunggal . - Albendazole, untuk orang dewasa dan anak – anak diatas 2 tahun yang diberikan dengan dosis tunggal 400 mg . - Mebendazole, diberikan dengan dosis 100 mg dua kali per hari selama 3 hari . - Cyclobendazole, merupakan derivat benzimidazole baru yang dapat membunuh Ascaris. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal pengobatan antara lain : - Frekuensi pengobatan - Waktu pelaksaannya - Serta lama periode pengobatan Trichuris trichiura (Cacing Cambuk) MORFOLOGI 1. Cacing Dewasa - Cacing dewasa menyerupai cambuk , 3/5 bagian anterior tubuh halus seperti benang , pada ujungnya terdapat kepala . Bagian ini akan menancapkan dirinya pada mukosa usus, 2/5 bagian posterior lebih tebal , berisi usus dan perangkat alat kelamin . - Esophagus sempit berdinding tipis terdiri dari satu lapis sel, tidak memiliki bulbus esofagus . - Anus terletak dibagian belakang sekali . a. Cacing jantan - Panjangnya 30-45 mm. - Bagian posterior melengkung kedepan sehingga membentuk satu lingkaran penuh . - Terdapat satu spikulum berbentuk lanset / pedang menonjol keluar melalui selaput retraksi. b. Cacing betina - Panjangnya 30 – 50 mm. - Ujung posterior membulat tumpul , organ kelamin tidak berpasangan (simpleks) dan berakhir di vulva yang terletak pada tempat tubuhnya mulai menebal . - Sehari tiap ekor cacing betina menghasilkan 3.000 – 4.000 telur, dapat sampai 10.000 telur. 2. Telur - Berukuran 50 x 25 µm , berbentuk seperti tempayan (guci) , pada kedua kutubnya terdapat overculum yang jernih dan menonjol . - Dindingya terdiri atas dua lapis , bagian dalam jernih, bagian luar berwarna kecoklat-cokelatan. - Telur ini terapung dalam larutan garam jenuh . SIKLUS HIDUP - Telur keluar bersama tinja, dalam keadaan belum membelah , tidak infektif, dan perlu pematangan pada tanah dalam 3-5 minggu sampai terbentuk telur infektif . - Manusia mendapat infeksi apabila telur yang infektif tertelan . - Dibagian proksimal usus halus telur menetas, keluar larva, menetap 3-10 hari, setelah dewasa, cacing turun ke usus besar dan menetap . - Waktu yang diperlukan dari saat telur infektif tertelan sampai cacing betina bertelur, 30-90 hari . PATOLOGI DAN KLINIK - Penyakitnya disebut trichuriasis, trichocephaliasis, atau infeksi cacing cambuk. - Paling sering menyerang anak usia 1-5 tahun. - Infeksi ringan, biasanya tanpa gejala , ditemukan secara kebetulan pada waktu pemeriksaan tinja rutin . - Infeksi berat, dimana cacing tersebar keseluruh kolon dan rektum kadang – kadang terlihat pada mukosa rektum . - Infeksi kronis dan sangat berat menunjukan gejala – gejala : a. Anemia berat b. Diare dengan tinja sedikit dan mengandung sedikit darah c. Sakit perut, mual, muntah serta berat badan menurun d. Mungkin disertai sakit kepala dan demam DIAGNOSA Dikategorikan berdasarkan : 1. Penemuan telur cacing didalam tinja . 2. Penemuan cacing dewasa pada anus . PENGOBATAN Mebendazole merupakan obat pilihan untuk trichuriasis dengan dosis 100 mg dua kali per hari selama 3 hari berturut , tidak tergantung berat badan atau usia penderita . Cacing tambang & Strongyloides stercoralis Cacing tambang (Hookworm) Pada manusia ada dua spesies : 1. Necator americanus (Stiles, 1902), atau Uncinaria americana, Ancylastomum americanum, N. africanus, N. argentinus. 2. Ancylostoma duosenale (Dubini, 1843), Creplin, 1845, atau Ankylostoma duodenale. MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP Habitat, di dalam usu halus terutama jejunum, sedangkan pada infeksi berat didapat di colon dan duodenum. Manusia merupakan hospes definitif, tidak membutuhkan tuan rumah perantara. Cacing dewasa yang masih hidup, putih abu-abu sampai kemerah-merahan, kedua spesies di atas mirip satu sama lain, perbedaannya antara lain bentuknya yang khas terutama pada cacing betina, yaitu pada N. Americanus menyerupai huruf S sedangkan A. Duosenale menyerupai huruf C. Bagian anterior terdapat pada buccal capsule (rongga mulut) sedangkan pada ujung posterior cacing jantan terdapat bursa copulasi, suatu membran yang lebar dan jernih, berfungsi memegang cacing betina pada waktu kopulasi. Pada kloaka terdapat dua buah spikula. - N. americanus, buccal capsule sempit, dinding ventral terdapat sepasang benda pemotong berbentuk bulan sabit sedangkan sepasang lagi kurang nyata terdapat pada dinding dorsal. • Cacing jantan berukuran 7-9 mm x 0.3 mm, bursa kopulasi bulat dengan dorsal rays dua cabang. Didapat dua spikula yang letaknya berdempetan serta ujungnya berkait. • Cacing betina, 9-11 mm x 0.4 mm, ujung posterior tidak didapatkan spinal kaudal, vulva terletak pada bagian anterior kira-kira pada pertengahan tubuh. - A. duodenale, buccal capsulenya lebih besar daripada N. americanus, memiliki dua pasang gigi ventral yang runcing dan sepasang gigi dorsal yang rudimenter. • Cacing jantan berukuran 8-11 mm x 0.5 mm, bursa kopulasi melebar seperti payung dengan dorsal rays tunggal, bercabang pada ujungnya, didapat dua spikula yang letaknya berjauhan serta ujungnya runcing. • Cacing betina berukuran 10-13 mm x 0.6 mm, pada ujung posterior terdapat pada spinal kaudal, vulva terletak pada bagian posterior pertengahan tubuh. - Telur berbentuk oval, tidak berwarna, berukuran 40 x 60 μ. Dinding luar dibatasi oleh lapisan vitelline yang halus, diantara ovum dan dinding telur terdapat ruangan yang jelas dan bening. Telur yang baru keluar bersama tinja mempunyai ovum yang mengalami segmentasi 2, 4 dan 8 sel. Bentuk telur N. americanus tidak dapat dibedakan dari A. duodenale. - Jumlah telur per hari yang dihasilkan seekor cacing betina • N. americanus : 9.000 – 10.000 • A. duodenale : 10.000-20.000 Telur keluar bersama tinja pada tanah yang cukup baik, suhu optimal 23 – 33o C, dalam 24-48 jam akan menetas, keluar larva rhabditiform yang berukuran (250-300) x 17 μ. Larva ini mulutnya terbuka dan aktif makan sampah organik atau bakteri pada tanah sekitar tinja. Pada hari ke lima, berubah menjadi larva yang lebih kurus dan panjang disebut larva filariform yang infektif. Larva ini tidak makan, mulutnya tertutup, esofagus panjang, ekor tajam, dapat hidup pada tanah yang baik selama dua minggu. Apabila larva menyentuh kulit manusia, biasanya pada sela antara dua jari kaki atau dorsum pedis, melalui folikel rambut, pori-pori kulit ataupun kulit yang rusak larva secara aktif menembus kulit masuk ke dalam kapiler darah, terbawa aliran darah, kemudian terjadi seperti pada A. lumbricoides. Waktu yang diperlukan dalam pengembaraan sampai ke usus halus kira-kira 10 hari. Cacing dewasa dapat hidup selama kurang lebih 10 tahun. Infeksi per-oral jarang terjadi, tapi larva juga dapat masuk ke dalam badan melalui air minum atau makanan yng terkontaminasi. Siklus hidup, berlaku bagi kedua spesies cacing tambang. Figure 1. A. duodenale (left) possess two pairs of teeth, N. americanus (right) possesses a pair of cutting plates in the buccal capsule PATOLOGI DAN KLINIK Penyakit. Infeksi cacing tambang, uncinariasis, necatoriasis, ancylostomiasis. Infeksi cacing tambang pada hakekatnya adalah infeksi menahun sehingga sering tidak menunjukkan gejala akut. Kerusakan jaringan dan gejala penyakit disebabkan baik oleh larva maupun cacing dewasa. Larva menembus kulit membentuk maculopapula dan eritem, sering disertai rasa gatal yang hebat, disebut “ground itch” atau “dew itch”. Waktu larva berada dalam aliran darah dalam jumlah banyak atau pada orang yang sensitif dapat menimbulkan bronchitis atau bahkan pneumonitis. Intensitas infeksi cacing tambang berdasarkan jumlah telur per gram tinja atau jumlah cacing betina dalam tubuh hospes dapat dipakai patokan dari “parasitic Diseases Programme, WHO, Geneva, 1981”, di bawah ini : No Beratnya Penyakit Jumlah telur per gram tinja Jumlah cacing betina Infeksi oleh N. americanus 1 Ringan Kurang 2000 50 atau kurang 2 Sedang 2000-7000 51-200 3 Berat Lebih 7000 Lebih 200 Infeksi oleh A. duodenale 1 Ringan Kurang 3000 20 atau kurang 2 Sedang 3000-10000 21-100 3 Berat Lebih 10000 Lebih 100 Cacing dewasa melekat dan melukai mukosa usus, menimbulkan perasaan tidak enak di perut, mual dan diare. Seekor cacing dewasa mengisap darah 0.2-0.3 ml sehari sehingga dapat menimbulkan anemi progresif, hipokrom, mikrositer, tipe defisiensi besi. Biasanya gejala klinik timbul setelah tampak adanya anemi. Pada infeksi berat, Hb dapat turun sampai 2 gr %, penderita sesak nafas waktu melakukan kegiatan, merasa lemah da pusing kepala. Jantung hipertropi, adanya bising katup serta nadi cepat. Keadaan demikian akan menimbulkan kelemahan jantung. Pada anak dapat menimbulkan keterbelakangan fisik dan mental. Infeksi A. duodenale lebih berat dari N. americanus. DIAGNOSA Diagnosa infeksi cacing tambang ditegakkan berdasarkan : 1. Menemukan telur cacing tambang di tinja 2. Menemukan larva cacing tambang di dalam biakan atau pada tinja yang sudah agak lama. PENGOBATAN 1. Tetrachlorethylen 2. Mebendazole 3. Albendazole dan Pyrantel pamoate 4. Bitoskanat 5. Befenium hidroksinaftoat Strongyloides stercoralis MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP Sinonim, Strongyloides intestinalis, Anguillula intestinalis, Anguillula stercoralis. Ada dua macam kehidupan cacing, yaitu : (1) hidup bebas di tanah; (2) hidup sebagai parasit, cacing betina terdapat di dalam mukosa duodenum dan bagian proksimal jejunum. Jarang ditemukan pada bagian distal pylorus, ductus biliaris communis, kandung empedu dan paru-paru. Manusia merupakan tuan rumah definif, juga pada anjing dan kucing Cacing dewasa yang hidup bebas : - Cacing betina, berukuran 1 mm x 50 μ, mempunyai esofagus berbentuk lonjong, bulbus oesofagus di bagian posterior, ekor lurus meruncing, vulva terletak dekat pertengahan tubuh yang merupakan muara dari uterus bagian posterior. - Cacing jantan, berukuran 700 x 45 μ, ekor melengkung ke depan memiliki dua buah spikula kecil kecoklat-coklatan, esofagus lonjong dilengkapi bulbus esofagus. Cacing dewasa sebgai parasit : - Cacing betina, berukuran 2,2 mm x 50 μ, esofagus silindris terletak pada 1/3 panjang tubuh, vulva pada batas 1/3 bagian posterior dan 1/3 bagian tengah tubuh. - Cacing jantan, tidak pernah ditemukan, diduga setelah masa perkawinan cacing jantan tetap bertahan di dalam trachea. Telur, hanya didapatkan didalam tinja dengan diare berat atau setelah pemberian pencahar. Mirip telur cacing tambang, bentuk lonjong, ukuran (50-60) x (30-35) μ, dinding tipis, di dalamnya mengandung embrio. Larva, terdapat dua bentuk, yaitu : - Larva Rhabditiform, ukuran (200-300) x (14-16) μ, memiliki esofagus dan bulbus esofagus mengisi ¼ anterior tubuh. - Larva Filariform, stadium infektif, lebih panjang dan lebih langsing daripada larva rhabditiform, berukuran (350-450) x (30-35) μ, dengan esofagus panjangnya mencapai ½ bagian anterior tubuh tetapi tidak memiliki bulbus esofagus. Pembuahan cacing betina oleh cacing jantan terjadi di dalam bronchus atau trachea, tetapi ada juga yang mengatakan S. Stercoralis betina bersifat partenogenesis yaitu reproduksi dengan cara perkembangan telur yang tidak dibuahi. Cacing betina yang telah dibuahi menembus mukosa usus, menempati kelenjar Lieberkuhn. Di dalam kelenjar, cacing bertelur, diikuti menetasnya telur, keluar larva rhabditiform yang akan mengadakan penetrasi dan masuk ke dalam lumen usus untuk keluar bersama tinja. Perkembangan selanjutnya, ditemukan tiga macam siklus hidup, yaitu : 1. Siklus langsung. Sama seperti cacing tambang, sesudah 2-3 hari larva yang berada di dalam tanah, berubah menjadi larva filariform yang infektif. Apabila larva menyentuh kulit manusia, menembus kulit tersebut, masuk ke dalam kapiler darah dan terbawa aliran darah. Perjalanan selanjutnya sama dengan perjalanan cacing tambang, yang akhirnya tertelan sampai ke usus halus. Waktu yang dibutuhkan sejak larva filariform menembus kulit sampai didapatkan larva rhabditiform di dalam tinja 2-3 minggu. 2. Siklus tidak langsung/siklus bebas. Larva yang keluar bersama tinja, di tanah berubah menjadi cacing dewasa jantan dan betina. Setelah terjadi pembuahan, cacing betina bertelur, diikuti menetasnya telur tersebut dengan mengeluarkan larva rhabditiform, selanjutnya akan terjadi salah satu perkembangan di bawah ini : - Sebagian akan mengulang siklus bebas cacing jantan dan betina seperti di atas. - Sebagian lagi, larva rhabditiform berubah menjadi larva filariform, menembus kulit, masuk ke dalam siklus seperti pada butir 1 di atas. 3. Hiperinfeksi dan autoinfeksi. Larva rhabditiform yang berada di dalam lumen usus, menuju anus, berubah menjadi larva filariform. Hiperinfeksi atau autoinfeksi internal terjadi bila larva filariform menembus mukosa colon sebelum sampai di anus. Autoinfeksi atau autoinfeksi eksternal terjadi bila larva filariform melewati anus dan menembus kulit perianal. Baik hiperinfeksi maupun autoinfeksi, keduanya sampai kapiler darah , kemudian masuk siklus 1 di atas, sehingga infeksi cacing ini dapat berlangsung terus menerus seumur hidupnya hospes. PATOLOGI DAN KLINIK Penyakitnya disebut strongyloidiasis, strongyloidosis, diare Cochin China. Infeksi ringan biasanya tanpa gejala, tidak diketahui hospes. Infeksi sedang, cacing betina dewasa bersarang di dalam mukosa duodenum, menyebabkan perasaan terbakar, menusuk-nusuk di daerah epigastrum, disertai rasa mual, muntah, diare bergantian dengan konstipasi. Infeksi berat dan kronis, mengakibatkan berat badan menurun, anemi, disentri menahun serta demam ringan yang disebabkan infeksi bakteri sekunder ke dalam lesi usus. Infeksi berat yang disertai infeksi sekunder dapat menyebabkan kematian, disebabkan cacing betina bersarang pada hampir seluruh epitel usus, dapat meliputi daerah lambung sampai ke daerah colon bagian distal. Steroid dan imunosupresif memperbesar kecenderungan terinfeksi S. stercoralis yang dapat fatal (Peters W. 1977) DIAGNOSA Ditegakkan dengan menemukan larva rhabditiform di dalam tinja segar atau pada cairan duodenum Telur dapat ditemukan di dalam tinja setelah pemberian pencahar atau setelah diare berat (pada infeksi berat) PENGOBATAN 1. Thiabendazole 2. Mebendazole 3. Pyrvinium pamoate. FILARIASIS Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang tersebar di indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas penderitanya karena timbulnya gangguan fisik. Penyakit ini jarang diderita oleh anak, karena manifestasi klinisnya timbul bertahun-tahun kemudian setelah infeksi. Gejala pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia diatas 30 tahun setelah terpapar parasit selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, filariasis sering juga disebut penyakit kaki gajah. Akibat paling fatal bagi penderita adalah kecacatan permanen yang sangat mengganggu produktivitas. Gejala dan Tanda-tanda Seseorang yang terinfeksi penyakit kaki gajah umumnya terjadi pada usia kanak-kanak, dimana dalam waktu yang cukup lama (bertahun-tahun) mulai dirasakan perkembangannya. Adapun gejala akut yang dapat terjadi antara lain : • Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat • Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit • Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) • Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah • Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema) Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti). Epidemologi Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info dari WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailan dan Indonesia (Asia Tenggara). Di daerah-daerah endemik, 80% penduduk bisa mengalami infeksi tetapi hanya sekitar 10-20% populasi yang menunjukan gejala klinis. Telah diketahui lebih dari 200 spesies filaria. Dari 200 spesies tersebut hanya sedikit yang menyerang manusia. Di Indonesia penyakit filariasis tersebar luas hampir diseluruh provinsi. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survai laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata Mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularnya tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas. Pencegahan 1. Pengobatan Massal Cara pencegahan penyakit yang paling efektif adalah mencegah gigitan nyamuk pembawa mikrofilaria. Apabila suatu daerah sebagian besar sudah terkena penyakit ini, maka pengobatan massal dengan DEC, invermectin, atau albendazol dapat diberikan setahun sekali dan sebaiknya dilakukan paling sedikit selama lima tahun. 2. Pengendalian Vektor Kegiatan pengendalian vekktor adalah pemberantasan tempata perkembangbiakan nyamuk melalui pembersihan got atau saluran pembuangan air, pengaliran air tergenang, dan penebaran bibit ikan pemakan jentik. Kegiatan lainnya adalah menghindari gigitan nyamuk dengan memasang kelambu, menggunakan obat nyamuk oles, memasang kasa pada ventilasi udara, dan menggunakan obat nyamuk bakar atau obat nyamuk semprot. 3. Peran Serta Masyarakat Warga masyarakat diharapkan bersedia datang dan mau diperiksa darahnya pada malam hari pada saat kegiatan pemeriksaan darah; bersedia minum obat anti-penyakit kaki gajah secara teratur sesuai dengan ketentuan yang diberitahukan oleh petugas; memberitahukan kepada kader atau petugas kesehatan bila menemukan penderita filariasis; dan bersedia bergotong royong membersihkan sarang nyamuk atau tempat perkembangbiakan nyamuk. Diagnosis Filariasis dapat ditegakkan secara klinis yaitu bila seseorang tersangka filariasis ditemukan tanda-tanda gejala akut ataupun kronis dengan pemeriksaan darah yang diambil dari jari untuk dideteksi parasitnya melalui mikroskop. Parasit mempunyai “nocturnal periodicity” yang berarti parasit membatasi dirinya pada saat sekitar tengah malam oleh karena itu pemeriksan darah baiknya dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat., seseorang dinyatakan sebagai penderita filariasis, apabila dalam sediaan darah tebal ditemukan mikrofilaria. Perkembangan baru yang sangat sensitif, “card test” yang sangat spesifik dan sederhana untuk menditeksi sirkulasi antigen parasit tanpa fasilitas laboratorium dan hanya membutuhkan tetesan darah dari jari yang dapat diambil kapanpun telah memenuhi untuk mencapai diagnosis. Dengan alat baru ini, sekarang lebih memungkinkan untuk meningkatkan pemahaman dimana infeksinya terdapat dan untuk memonitor keefektifan pengobatan dan mengontrol program-program. Pengobatan Dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5-10 tahun, untuk mencegah reaksi efek samping seperti demam diberikan parasetamol. ASCARIASIS Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing gelang Ascaris lumbricoides. Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang dalam usus halus. Adanya cacing didalam usus penderita akan mengadakan gangguan keseimbangan fisiologi yang normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat sehingga mengganggu gerakan peristaltik dan penyerapan makanan. Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh dunia, lebih banyak di temukan di daerah beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah tropik derajat infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk. Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada anak-anak berusia 5 – 10 tahun sebagai host (penjamu) yang juga menunjukkan beban cacing yang lebih tinggi (Haryanti, E, 1993). Cacing dapat mempertahankan posisinya didalam usus halus karena aktivitas otot-otot ini. Jika otot-otot somatik di lumpuhkan dengan obat-obat antelmintik, cacing akan dikeluarkan dengan pergerakan peristaltik normal. Tantular, K (1980) yang dikutip oleh Moersintowarti. (1992) mengemukakan bahwa 20 ekor cacing Ascaris lumbricoides dewasa didalam usus manusia mampu mengkonsumsi hidrat arang sebanyak 2,8 gram dan 0,7 gram protein setiap hari. Dari hal tersebut dapat diperkirakan besarnya kerugian yang disebabkan oleh infestasi cacing dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan keadaan kurang gizi (malnutrisi). Gejala dan Tanda-tanda Askariasis sering tidak bergejala. Tetapi, jika jumlah cacing di dalam perut semakin banyak, maka berbagai macam gejala akan muncul. Gejala infestasi cacing yang masih ringan dapat berupa : • Ditemukannya cacing dalam tinja • Batuk mengeluarkan cacing • Kurang napsu makan • Demam • Bunyi mengik saat bernapas (wheezing) Sedangkan gejala infestasi cacing yang berat antara lain adalah : • Muntah • Napas pendek • Perut buncit • Nyeri perut • Usus tersumbat • Saluran empedu tersumbat Epidemiologi Pada umumnya frekuensi tertingi penyakit ini diderita oleh anak-anak sedangkan orang dewasa frekuensinya rendah. Hal ini disebabkan oleh karena kesadaran anak-anak akan kebersihan dan kesehatan masih rendah ataupun mereka tidak berpikir sampai ke tahap itu. Sehinga anak-anak lebih mudah diinfeksi oleh larva cacing Ascaris misalnya melalui makanan, ataupun infeksi melalui kulit akibat kontak langsung dengan tanah yang mengandung telur Ascaris lumbricoides. Faktor host merupakan salah satu hal yang penting karena manusia sebagai sumber infeksi dapat mengurangi kontaminasi ataupun pencemaran tanah oleh telur dan larva cacing, selain itu manusia justru akan menambah polusi lingkungan sekitarnya. Di pedesan kasus ini lebih tinggi prevalensinya, hal ini terjadi karena buruknya sistem sanitasi lingkungan di pedesaan, tidak adanya jamban sehingga tinja manusia tidak terisolasi sehingga larva cacing mudah menyebar. Hal ini juga terjadi pada golongan masyarakat yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, sehingga memiliki kebiasaan membuang hajat (defekasi) ditanah, yang kemudian tanah akan terkontaminasi dengan telur cacing yang infektif dan larva cacing yang seterusnya akan terjadi reinfeksi secara terus menerus pada daerah endemik (Brown dan Harold,1983). Perkembangan telur dan larva cacing sangat cocok pada iklim tropik dengan suhu optimal adalah 23˚C sampai 30˚C. Jenis tanah liat merupakan tanah yang sangat cocok untuk perkembangan telur cacing, sementara dengan bantuan angin maka telur cacing yang infektif bersama dengan debu dapat menyebar ke lingkungan. Pencegahan Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti : • Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman. • Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunkan sabun. • Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat. Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun, pencegahan dan pemberantasan di daerah endemik adalah sulit. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah sebagai berikut : 1. Mengadakan kemotrapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik ataupun daerah yang rawan terhadap penyakit askariasis. 2. Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan. 3. Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup cacing misalnya memakai jamban/WC. 4. Makan makanan yang dimasak saja. 5. Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang menggunakan tinja sebagai pupuk. Diagnosis Diagnosis ascariasis ditegakkan berdasarkan menemukan telur cacing pada tinja (melalui pemeriksaan langsug atau metoda konsentrasi), larva dalam sputum, cacing dewasa keluar dari mulut, anus, atau dari hidung. Apbila infeksi hanya oleh cacing jantan atau cacing yang belum dewasa dianjurkan untuk melakukan thorax foto. Pengobatan Beberapa Anhelmintik sekarang ini lebih efektif dengan efek toksik yang relative rendah dari pada obat-obat dulu yag sudah popular misalnya santonin, atau hexyresorcinol. Anhelmentik yang dapat dipilih beberapa obat dibawah ini pyrantel pamoate, albendazole, mebendazole dan cyclobendazole. Disamping pengobatan individu juga perlu diperhatikan pengobatan masal. AMOEBIASIS Amoebiasis adalah keadaan terdapatnya Entamoeba histolytica dengan atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan (Food Borne Disease). Entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan Dysentery amoeba, penyebarannya kosmopolitan banyak dijumpai pada daerah tropis dan subtropis terutama pada daerah yang sosial ekonomi lemah dan hugiene sanitasinya jelek. Entamoeba histolytica pertama kali ditemukan oleh Losh tahun 1875 dari tinja disentrai seorang penderita di Leningrad, Rusia. Pada autopsi, Losh menemukan Entamoeba histolytica bentuk trofozoit dalam usus besar, tetapi ia tidak mengetahui hubungan kausal antara parasit ini dengan kelainan ulkus usus tersebut. Pada tahun 1893 Quiche dan Roos rnenemukan Entamoeba histolytica bentuk kista, sedangkan Schaudin tahun 1903 memberi nama spesies Entamoeba histolytica dan membedakannya dengan amoeba yang juga hidup dalam usus besar yaitu Entamoeba coli. Sepuluh tahun kemudian Walker dan Sellards di Filiphina membuktikan dengan eksperimen pada sukarelawan bahwa entamoeba histolytica merupakan parasit komensal dalam usus besar. Klasifikasi amoebiasis menurut WHO (1968) dibagi dalam asimtomatik dan simptomatik, sedang yang termasuk amoebiasis simptomatik yaitu amoebiasis intestinal yaitu dysentri, non-dysentri colitis, amoebic appendicitas ke orang lain oleh pengandung kista entamoeba hitolytica yang mempunyai gejala klinik (simptomatik) maupun yang tidak (asimptomatik). Gejala dan Tanda-tanda Gejala-gejala klinik dari amoebiasis tergantung daripada lokalisasi dan beratnya infeksi. Penyakit disentri yang ditimbulkannya hanya dijumpai pada sebagian kecil penderita tanpa gejala dan tanpa disadari merupakan sumber infeksi yang penting yang kita kenal sebagai "carrier", terutama didaerah dingin, yang dapat mengeluarkan berjuta-juta kista sehari. Penderita amoebiasis intestinalis sering dijumpai tanpa gejala atau adanya perasaan tidak enak diperut yang samar-samar, dengan adanya konstipasi, lemah dan neurastenia. Infeksi menahun dengan gejala subklinis dan terkadang dengan eksaserbasi kadang-kadang menimbulkan terjadinya kolon yang "irritable" sakit perut berupa kolik yang tidak teratur. Amoebiasis yang akut mempunyai masa tunas 1-14 minggu. Dengan adanya sindrom disentri berupa diare yang berdarah dengan mukus atau lendir yang disertai dengan perasaan sakit perut dan tenesmusani yang juga sering disertai dengan adanya demam. Amoebiasis yang menahun dengan serangan disentri berulang terdapat nyeri tekan setempat pada abdomen dan terkadang disertai pembesaran hati. Penyakit menahun yang melemahkan ini mengakibatkan menurunnya berat badan. Amoebiasis ekstra intestinalis memberikan gejala sangat tergantung kepada lokasi absesnya. Yang paling sering dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari mukosa usus melalui aliran sistem portal. Sering dijumpai pada orang-orang dewasa muda dan lebih sering pada pria daripada wanita dengan gejala berupa demam berulang, kadang-kadang disertai menggigil, icterus ringan, bagian kanan diafragma sedikit meninggi, sering ada rasa sakit sekali pada bahu kanan dan hepatomegali. Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk dan nyeri tekan intercostal, pleural effusion dengan demam disertai dengan menggigil. Pada pemeriksaan darah dijumpai lekositosis kadang-kadang amoebiasis hati sudah lama diderita tanpa tanda-tanda dan gejalanya khas yang sukar didiagnosa. Infeksi amoeba di otak menunjukkan berbagai tanda dan gejala seperti abses atau tumor otak. Sayang sekali infeksi seperti ini baru didiagnosa pada autopsi otak. Amoebiasis ekstra intestinalis ini dapat juga dijumpai di penis, vulva, perineum, kulit setentang hati atau kulit setentang colon atau di tempat lain dengan tanda-tanda suatu ulkus dengan pinggirnya yang tegas, sangat sakit dan mudah berdarah. Epidemiologi Amooebasis tersebar luas diberbagai negara diseluruh dunia. Pada berbagai survei menunjukkan frekwensi diantara 0,2 -50 % dan berhubungan langsung dengan sanitasi lingkungan sehingga penyakit ini akan banyak dijumpai pada daerah tropik dan subtropik yang sanitasinya jelek, dan banyak dijumpai juga dirumahrumah sosial, penjara, rumah sakit jiwa dan lain-lain. Penularan diantara keluarga sering juga terjadi terutama pada ibu atau pembantu rumah tangga yang merupakan "carrier", dapat mengkontaminasi makanan sewaktu menyediakan atau menyajikan makanan tersebut. Pada tingkat keadaan sosio ekonomi yang rendah sering terjadi infeksi yang disebabkan berbagai masalah, antara lain: 1. Penyediaan air bersih, sumber air sering tercemar. 2. Tidak adanya jamban, defikasi disembarang tempat, memungkinkan amoeba dapat dibawa oleh lalat atau kecoa. 3. Pembuangan sampah yang jelek merupakan tempat pembiakan lalat atau lipas yang berperan sebagai vektor mekanik. Di Indonesia, amoebiasis kolon banyak dijumpai dalam keadaan endemi. Prevalensi Entamoeba histolytica di berbagai daerah di Indonesia berkisar antara 10–18 %. Amoebiasis juga tersebar luas diberbagai negara diseluruh dunia. Pada berbagai survei menunjukkan frekuensi diantara 0,2 -50 % dan berhubungan dengan sanitasi lingkungan sehingga penyakit ini akan banyak dijumpai pada daerah tropik dan subtropik yang sanitasinya jelek. Di RRC, Mesir, India dan negeri Belanda berkisar antara 10,1 –11,5%, di Eropa utara 5 -20%, di Eropa Selatan 20 -51 % dan di Amerika Serikat 20%. Frekuensi infeksi Entamoeba histolytica diukur dengan jumlah pengandung kista. Perbandingan berbagai macam amoebiasis di Indonesia adalah sebagai berikut, amoebiasis kolon banyak ditemukan, amoebiasis hati hanya kadang-kadang amoebiasis otak lebih jarang lagi dijumpai. Pencegahan Pencegahan penyakit amoebiasis terutama ditujukan kepada kebersihan perorangan (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan (environmental hygiene). Kebersihan perorangan antara lain adalah mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan. Kebersihan lingkungan meliputi: memasak air minum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar dijamban, tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas, membuang sampah ditempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat. Untuk menurunkan angka sakit, maka perlu diadakan usaha jangka panjang berupa pendidikan kesehatan dan perbaikan sanitasi lingkungan dan usaha jangka pendek berupa penyuluhan kesehatan dan pembersihan kampung halaman secara serentak (gotong royong) dan juga dengan pengobatan massal ataupun individual. Diagnosis Diagnosis pasti penderita amoebiasis adalah menemukan parasit didalam tinja atau jaringan. Diagnosis laboratorium dapat dibuat dengan pemeriksaan mikroskopis atau menemukan parasit dalam biakan tinja sering dijumpai Entamoeba histolytica bersama-sama dengan kristal Charcot-Leyden. Diagnosis tidak selalu mudah, maka perlu dilakukan pemeriksaan berulang teristimewa pada kasus menahun. Kegagalan dapat terjadi dengan teknik yang salah, mencari parasit tidak cukup teliti atau sering dikacaukan dengan protozoa lain dan sel-sel artefak. Pemeriksaan tinja dengan sediaan langsung dengan memakai air garam faal, atau lugol, dengan pengecatan trichrom, hematoksilin (sediaan permanen) atau dengan metode konsentrasi. Pada umumnya pada tinja encer akan di jumpai bentuk tropozoit disertai gejala klinik nyata, sedangkan pada tinja padat pada penderita tanpa gejala terutama pada penderita menahun "carrier" akan dijumpai terutama bentuk kista. Pengobatan Metronidazol (Nitraomidazol) Metronidazol merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolytica dan bentuk kista. Efek samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi. BHP • Sebelum melakukan pemeriksaan, dokter harus memberitahu pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan, dan meminta persetujuan pasien terlebih dahulu. Misalnya pemeriksaan fisik, ada atau tidaknya pembengkakan pada kaki, lengan tangan, kemaluan, vulva, dan buah dada • Persetujuan untuk pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan feses • Untuk pemeriksaan darah, seorang dokter harus memberikan inform concern terlebih dahulu kepada pasien. Apakah pasien setuju untuk diambil darahnya untuk sampel pemeriksaan atau tidak • Dalam memberikan obat kepada pasien, dokter juga harus menjelaskan aturan pakai (misal dosisnya) serta efek samping yang dapat terjadi dari pengkonsumsian obat tersebut Laboratory Diagnostic of Parasistic Disease Diagnosis infeksi parasit melalui: 1. Anamnesa 2. Physical Examination 3. Lab Examination 4. Immunodignosis Jika pemeriksaan secara anamnesa belum spesifik, maka dilakukan lab examination Bergantung pada habitat parasite dan distribusi parasite. Tipe-tipe specimen: Stool, blood, Urin,, sputum, vaginal discharge, uretra discharge, skin scrapping, Liquor cerebro spinal, Tissue biopsy, nasal discharge, coruneal scraping. Yang sangat penting dalam pemeriksaan protozoa parasite dan helminth parasite 1. Pengecekan berulang sangat dibutuhkan 2. Harus mengerti examination tehnique, life cycle of parasite, morphology parasite Harus diperiksa pada saat: (Helminth egg lebih dapat bertahan lama dibandingkan Intestinal Protozoa) 1. Liquid harus diperiksa 30 menit setelah spesimen diambil (dikeluarkan dari tubuh) 2. Spesimen lunak 1 jam 3. Spesimen keras setelah 24 jam Bisa melakukan pemeriksaan di kemudian waktu asalkan diberikan formalin 10 %, MIF ( Merthyolet Iodine Formaline), PVA (Polyvinyl Alcohol) Spesimen tidak boleh terkontaminasi dengan Water (karena memiliki flora yang dapat bercampur dengan parasite), dan urine (dapat membunuh organisme yang motil)  Prior to examination , fecal specimens should never be incubated or frozen.  A chatartic with an oil base should not be used, and a stool softener (taken either orally or as a suppository) is usually inadequate for obtaining a purged specimen.  Repeating fecal examination after therapy : Ascariasis, 2-3 weeks setelah therapy Protozoa infection, 3-4 weeks after therapy T taeniasis, 5-6 weeks after therapy Pada pemeriksaan Helminth parasite yang lebih penting adalah fecal spesimen dan blood and tissue specimen Examination tehnique of Helmint Parasite in Feces: Makroskopik Examination: Consistency (hard, formed, soft, diarheae, Odour, Color, Foreign Bodies (blood, Mucous, Parasite Mikroskopik Examination: Qualitatife dan Quantitative Qualitatative: • DIRECT WET SMEAR METHOD • FLOTATION METHOD • MODIFICATION MERTHIOLATE IODINE FORMALDEHYDE (MIF) • CELLOTAPE TAPE METHOD • FORMALDEHYDE ETHER SEDIMENTATION (RITCHIE’S METHOD) • METODA KATO Quantitative: STOLL DILLUTION METHOD , KATO – KATZ CELLOPHANE THICK SMEAR METHOD Direct Wet Smear Method: Fast , Severe infection , Reagens (NaCl Physiologis (0,9%), or Eosin 2%) Direct Wet Smear Method: 1. Place 1-2 drops NaCl 0,9% or Eosin 2% on microscope slide 2. Place 2 mg faeces on microscope slide Saline Wet Smear Method: 1. Emulsify 2mg faeces in the saline drop 2. Place coverslip over suspension 3. Examine using the lower power objective 10x or 40x FLOATATION METHOD untuk melihat parasit yang tidak tampak di permukaan: 1. Dengan C entrifugasi 2. Tanpa centrifugasi CelloTaphe Method The egg adhere on perianal area, so rarely found in faeces (5 %). To find this parasite we need Scotch Adhesive tape Swab from Graham or Cellotape Method • Prosedur: To examine the egg of Enterobius vermicularis • Children 1-10 years old • Doing in the morning before take a bath or wash the anus with water after defecating • Transparent plastic plaster (2 x 1,5 cm)patched to skin around the anus • Press the plaster, then lift slowly • Patched to the object glass, examine under the microscope Kato Method (Qualitative) Practical, simple, and cheap, Can be used in mass examination, Examination needs more stool, so the eggs can be found much more .,Morphology of egg is clear Prosedur: Take 20-50 mg faeces ( as large as red bean ) Put on object glass, spread out Cover with cellophane, pressing the faeces until flat and spread out under the cellophane Drain the excessive fluid with filter paper Let it 20-30 minutes, Examine under the microscope Quantitative Methode: 1. Stool Method 2. Kato-Katz Method Procedure: _ Put 5 gr faeces on the oily papper, put wire netting on it then press  Put the holed carton on the object glass, print the filtered faeces on holed carton  Lift the carton  Cover the faeces with soaked cellotape  Press, spread out  Let it 30 mnt  Examine under the microscope

PARASIT
Parasit adalah organisme yang hidup permanen atau sementara dalam tubuh host dengan tujuan mengambil sumber makanan dan mendapatkan perlindungan dari host.Host adalah organisme yang menampung parasit tersebut.Hubungan parasit dan host yang berguna untuk kelangsungan hidup parasit tersebut disebut parasitisme.
Klasifikasi Parasit:
1. Parasit Obligat
Parasit obligat tidak dapat hidup tanpa host atau sangat bergantung pada kehadiran host.Parasit jenis ini hidup permanen dalam tubuh host.
2. Parasit Fakultatif (Parasit Opportunis)
Organisme yang dibawah kondisi menguntungkan dapat hidup bebas atau sebagai parasit ,misalnya amoeba yang hidup bebas (naegleria dan acanthamoeba)
3. Parasit temporer atau intermitten
Parasit yang sebagian masa hidupnya,hidup bebas,sewaktu-waktu akan menjadi parasit contohnya strongyloides stercoralis
4. Coprozoic (Parasit Palsu)
Merupakan spesies asing yang telah melewati saluran makanan tanpa menginfeksi host atau tidak menyebabkan efek tertentu.
5. Parasit insidentil
Apabila parasit kebetulan bersarang pada hospes yang biasanya tidak dihinggapinya.
6. Pseudoparasit
Merupakan artefak yang mirip parasit,seringkali disangka sebagai parasit.
Menurut tempat hidupnya :
1. Ectoparasit
Parasit yang hidup di luar tubuh host,yakni dengan menempel pada kulit atau untuk sementara menyerang bagian superfisial jaringan dari tubuh host.Cara menginvansinya disebut infestasi.contoh parasitnya adalah scabies,kutu yang ada pada kulit.
2. Endoparasit
Hidup dalam tubuh host dan cara menginvansinya disebut infeksi.contohnya adalah tripanosoma vaginalis.

Menurut jumlah hostnya:
1. Satu Host (monoxenous): Parasit yang hidup disatu host ,contohnya enterobius vermicularis.
2. Lebih dari satu host (Heteroxenous):Parasit yang hidup dibanyak host dan perlu hewan perantara,contohnya clonorchis sinensis,schistosoma japonicum,trichinella spiralis.

HOST
Klasifikasi Host:
1. Definitive Host
Host dimana parasit mencapai kematangan seksual dan bentuk dewasa dari parasit hidup atau dimana tahap reproduksi seksual terjadi.
2. Intermediate Host
Host dimana bentuk belum dewasa atau larva dari parasit bertempat tinggal atau host dimana parasit mengalami tahap reproduksi aseksual.
3. Paratenic Host
Host tempat berlindung parasit saat berada dalam tahap istirahat dari perkembangannya tapi parasit masih memiliki kemampuan untuk melanjutkan siklusnya pada host berikutnya yang sesuai.
4. Vector
Host yang mampu menyebarkan penyakit ke manusia.Ada dua jenis vektor ,yaitu vektor mekanis(phoretik) dan vektor biologis.Vektor biologis adalah vektor dimana sebagian siklus hidup parasit tersebut terjadi pada tubuh vektor tersebut.

Seseorang yang sudah mengandung parasit kemudian terjadi reinfeksi dengan parasit spesies yang sama disebut superinfeksi,sedangkan bila infeksi tersebut terjadi oleh parasit yang sudah ada dalam tubuh orang tersebut disebut autoinfeksi.

Pengandung Parasit (Sumber Infeksi)
1. Tanah atau air yang terkontaminasi
2. Makanan yang mengandung stadium infektif yaitu stadium parasit yang dapat menginfeksi manusia
3. Arthropoda penghisap darah
4. Binatang,baik binatang peliharaan maupun binatang buas.
5. Tumbuhan air
6. Dari manusia lain ( dari seseorang ke orang lain)
7. Dari diri sendiri

Metode atau cara masuk parasit:
1. Mulut
2. Penetrasi melalui kulit
3. Gigitan Serangga
4. Inhalasi
5. Transplasenta (congenital)
6. Transmammary
7. Seksual
8. Transfusi darah
9. Transplantasi Jaringan

Siklus Hidup Parasit
Untuk mempelajari siklus hidup parasit ,perlu diketahui:
- Sumber Infeksi (reservoir)
- Sisi atau tempat masuk parasit ke dalam host
- Perubahan Fisik parasit selama berada didalam host.
Hal-hal tersebut dapat membantu dalam pengobatan,pencegahan dan pemberantasan parasit.
Reproduksi dapat terjadi dalam dua cara:
- Seksual : Pembiakan melalui dua jenis kelamin jantan dan betina
- Aseksual : Tidak melaui alat kelamin misalnya dengan cara pembelahan.
Organ seksual parasit dapat digolongkan menjadi:
- Hermaphrodite : Dalam satu tubuh terdapat organ seksual jantan dan betina
- Organ seksual terpisah

Banyak parasit yang memiliki daur hidup yang sederhana dan langsung,yaitu stadium infektif (kista spora atau larva motil) yang dilepaskan oleh hospes dan diambil hospes lain,kemudian parasit tumbuh dan berkembang.Spesies parasit lain dapat memiliki siklus hidup yang rumit dan tidak langsung,seringkali membutuhkan satu atau lebih host sementara.

Morfologi Parasit
 Parasit dapat terdiri dari satu sel disebut protozoa atau banyak sel disebut metazoa yaitu helminth dan arthropoda.
 Morfologi protozoa mirip morfologi sel secara umum,yaitu terdapat dinding sel,protoplasma ,inti serta bagian lainnya.
 Tidak terdapat organ yang memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti pada binatang yang lebih tinggi tingkatannya,misalnya sistem pencernaan makanan dan aliran darah.
 Morfologi parasit akan sesuai dengan lingkungannya.misalnya stadium kista dari protozoa yang memiliki dinding kuat,sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama.

Epidemiology dan Distribusi Geografik
Epidemiology adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor frekuensi serta distribusi dari suatu penyakit.
Distribusi Geografi dari parasit:
1. Cosmopolitan : Parasit ada di hampir seluruh dunia
2. Regional :Parasit tersebar di beberapa daerah saja
3. Local : Parasit tersebar hanya pada satu daerah
Epidemiology Parasit bergantung pada:
1. Sumber Infeksi (penderita ataupun host)
2. Kondisi lingkungan(iklim,curah hujan,suhu,sinar matahari,kelembapan)
3. Ketersediaan vektor penyebar (untuk infeksi yang membutuhkan vektor)
4. Kondisi Populasi ( kepadatan,Cultural habit dan tingkat pendidikan)

Karakteristik Penyakit yang disebabkan oleh parasit
 Infeksi oleh parasit dapat menimbulkan penyakit atau bersifat pathogen bergantung dari sistem imun dan nutrisi host.Jika host mengalami penurunan sistem imun dan dalam kondisi malnutrisi infeksi dapat menghasilkan penyakit ,tapi jika host memiliki sistem imun yang baik dan cukup nutrisi maka tidak akan menyebabkan kerusakan jaringan dan tidak menghasilkan gejala klinis.
 Parasit yang hidup dalam sirkulasi darah atau jaringan pada host yang sensitif atau hipersensitif dapat menginduksi terjadinya reaksi alergi atau bahkan anaphylatic reaksi.misalnya nephritis oleh plasmodium malariae.
 Perjalanan penyakit yang disebabkan oleh parasit biasanya kronik bergabung dengan diselingi periode laten tanpa gejala klinik yang nyata dan terkadang terjadi eksaserbasi akut (parah dan cepat).
 Penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang terjadi karena:
- Efek mekanik ,misalnya penekanan jatingan oleh pembesaran kista,penyumbatan lumen usus.
- Invansi dan perusakan oleh parasit
- Reaksi inflamasi terhadap parasit atau produknya
- Kompetisi mendapatkan sari makanan tuan rumah.
Kerusakan jaringan ini dapat menyebabkan gejala lokal atau sistemik.Gejala yang dihasilkan tidak spesifik sehingga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosa
Gejala pada penyakit parasit umumnya tidak spesifik,sehingga untuk mendiagnosa perlu pemeriksaan laboratorium,untuk mencari salah satu stadium parasit.Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan tinja secara langsung,pemeriksaan anus ,biopsi,autopsi,pemeriksaan darah urin dan sputum serta reaksi immunologis.

Pengobatan
Pengobatannya dapat berupa pengobatan masal atau perorangan.Pada pengobatan penyakit harus diperhatikan:
- Obat-obat berupa obat kemoterapi dengan efek letal terhadap parasit dan efek minimal pada host.
- Kadang-kadang diperlukan tindakan bedah
- Memperbaiki keadaan umum daya tahan penderita
- Disertai dengan perbaikan sanitasi limgkungan.

Pencegahan dan Pemberantasan
Pada dasarnya pemberantasan penyakit parasit ditujukan untuk menuntaskan mata rantai dari siklus hidup parasit tersebut.Pencegahan dan pemberantasan penyakit parasit dapat dilakukan,antara lain:
- Mengurangi sumber infeksi dengan mengobati penderita
- Pendidikan kesehatan dengan tujuan untuk mencegah penyebaran penyakit parasit
- Pengobatan host reservoir










ZOOPARASITE
1. Protozoa
- Merupakan organisme uniseluler eukariot,berukuran kecil dan tidak terlihat tanpa mikroskop.Termasuk dalam parasit saluran pencernaan,parasit darah dan parasit jaringan
- Semua siklus hidupnya ada diluar tubuh manusia dan hampir semuanya dapat bermultiplikasi pada manusia.
- Infeksinya dapat melalui proses menelan makanan,penghirupan udara atau melalui gigitan serangga
- Tidak ditemukan eosinophilia pada infeksi protozoa.
- Semuanya memiliki fase trophozoite yang rentan atau rapuh dan bentuk kista yang lebih resistan.
- Pengambilan makanan melaui cara difusi dan terdapat tiga cara makan lain yaitu :fagositosis,pinositosis dan cara makan lewat sitostoma
- Respirasi dilakukan baik secara aerobik (misalnya :plasmodium) maupun secara anaerobik (misalnya entamoeba histolytica).Parasit lebih banyak melakukan fermentasi aerobik dan anaerobik daripada oksidasi sempurna.
- Reproduksi protozoa terdiri dari Pembelahan biner sederhana,Pembelahan multipel berganda (skizogoni) atau reproduksi integrasi seksual dan aseksual yang rumit.

KLASIFIKASI
Protozoa dibagi kedalam 7 phyla,4 yang penting yaitu:
a. Sarcomastigophora
Protozoa dengan inti tipe tunggal ,reproduksi seksual,organel untuk gerak berupa flagella pseudopodia atau keduanya.
b. Apicomplexa
Apikal kompleks (tampak dengan mikroskop elektron )umumnya memiliki cincin polar ,roptris ,mikroneme,konoid dan memiliki subpelikular mikrotube pada beberapa stadium,reproduksi seksual dengan singami.
c. Microspora
Parasit intraselular dengan ukuran kecil dengan spora berasal dari sel tunggal,dalam suatu kapsul yang tidak terbagi berisi sebuah ameboid.
d. Ciliophora
Silia sederhana atau suatu organel silier yang khas dan kompleks,biasanya dengan dua tipe inti,pembelahan biner transversal dan ditemukan vakuola kontraktil yang khas.
Menurut Habitat
• Protozoa usus dan rongga tubuh: entamoeba,balantidium coli,giardia lamblia,trichomonas sp.
• Protozoa darah dan jaringan:Leishmania,trypanosoma,toxoplasma,plasmodium.
• Ameba jaringan otak primer : Naeglaria dan Acanthamoeba.

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP
 Bentuknya ada yang sperik atau ovoidal,lainnya tidak teratur.Protozoa ada yang memiliki bentuk tetap dan ada pula yang berubah-ubah.Bentuknya akan berubah sesuia dengan stadium dalam siklusnya.



 Protozoa usus memiliki dua stadium pokok,yaitu:
1. Stadium trophozoit
Bentuk vegetatif atau proliferatif,dapat bergerak aktif,tidak resisten terhadap perubahan lingkungan sehingga untuk masuk kepada hospes baru perlu berubah menjadi bentuk kista yang lebih resisten.Perubahan dari bentuk trophozoit menjadi kista disebut enkistasi
2. Stadium Kista
Resisten,merupakan bentuk infektif.Dinding kista merupakan hasil sekresi dari ektoplasma sehingga menjadi resisten daripada bentuk tropozoit.Berfungsi juga untuk mempertahankan diri.
Bagian-bagian sel protozoa
1. Inti ,untuk mempertahankan hidup serta untuk reproduksi.Bagian inti terdiri atas membran inti,nukleoplasma,kariosom,serabut inti dan kromatin.
2. Sitoplasma yang terdiri atas Endoplasma yang keruh ,bergranula ,terdapat inti,vakuola,apparatus golgi,mitokondria serta organel lain dan ektoplasma yang jernih,homogen yang berfungsi sebagai alat gerak,alat menangkap dan membuang sisa makanan,respirasi serta alat mempertahankan diri.
3. Kinetoplas yang terdapat pada flagelata yang merupakan tempat munculnya flagel.
4. Alat Gerak protozoa,dapat berupa Pseudopodium atau kaki semu yang merupakan penonjolan tiba-tiba dari ektoplasma,flagelum atau bulu cambuk dan cilium atau bulu getar.

2. Metazoa
- Merupakan parasit multiseluler dengan struktur sel eukariot,berukuran besar dan terlihat walaupun tanpa mikroskop.Termasuk dalam Nematoda (round worms),Trematoda (flukes),cestoda (tepeworm) dan arthropoda.
- Semua siklus hidupnya diluar tubuh manusia dan kebanyakan tidak bisa bermultiplikasi dalam tubuh manusia.
- Infeksinya dapat melalui proses menelan makanan ,penetrasi melalui kulit atau gigitan serangga.
- Ditemukan eosinophilia pada infeksi oleh semua helminth.
- Helminth adalah salah satu kelas yang penting pada metazoa






2.1 Helmintologi Umum
Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari cacing yang hidup sebagai parasit pada manusia.

KLASIFIKASI
Helminth dibagi atas tiga phyla ,yaitu:
- Phylum Annelida
Antara lain lintah,merupakan ektoparasit penghisap darah di air atau di darat.Lintah yang hidup di air biasanya dari spesies limnatis dan lintah yang hidup di darat terutama dari spesies haemadipsa misalnya pacet.
- Phylum Nemathelminthes
Termasuk phylum ini yaitu cacing bulat memanjang seperti benang.Kulit luar tidak bersegmen,kutikula licin kadang-kadang bergaris,memiliki rongga badan,jenis kelamin terpisah.Parasit bagi hewan dan manusia yaitu kelas nematoda.
- Phylum Platyhelminthes
Terbagi menjadi dua kelas ,yaitu:
a. Trematoda
Bentuk seperti daun,memiliki rongga badan ,bersifat hermafrodit,alat pencernaan buntu dan telurnya memiliki operkulum.
b. Cestoda
Bentuk seperti pita,parasit pada hewan dan manusia.Kelas ini umumnya tidak memiliki rongga badan dan alat pencernaan makanan serta bersifat hermaphrodit.

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP
Nematoda usus umumnya tidak membutuhkan tidak membutuhkan tuan rumah perantara,siklus hidupnya sementara dan tersebar diseluruh dunia.
Menurut medium penularannya ,penyakit cacing digolongkan dalam lima kelompok,yaitu:
- Penularan melaui tinja atau Feses.Telur atau larva menjadi infektif bila melalui atau berada di anus.
- Penularan melalui tanah (soil transmittes).Telur atau larva menjadi infektif sesudah menjalani proses pematangan didalam tanah.
- Penularan melaui arthropoda.Stadium infektif berkembang didalam tubuh arthropoda
- Penularan melalui siput.
- Penularan terjadi melalui daging hewan.

NEMATODA
• Merupakan spesies dengan jumlah terbanyak,hidup bebas di air tawar,laut serta lumpur dan perkebunan
• Cara memperoleh makanan ,diantaranya :(1) menggigit mukosa usus serta mencerna darah (2) menusuk dan mencerna jaringan lisis hospes (3) Memakan sari makanan lumen usus (4) Memakan sari makanan dari cairan tubuh hospes.

Morfologi dan siklus hidup
 Ukuran mulai dari 2 cm sampai lebih dari satu meter
 Bentuk bulat panjang seperti benang,tidak bersegmen,kulit diliputi kutikula
 Cacing jantan lebih kecil dari cacing betina,ujung posteriornya melengkung.
 Mempunyai kepala ,ekor,dinding dan rongga badan yang disebut pseudoselom,saluran pencernaan makanan ,sistem syaraf ,sistem eksresi ,sistem reproduksi tapi tidak memiliki sistem sirkulasi darah.
 Dalam siklus hidupnya terjadi tiga stadium yaitu telur,larva dan dewasa.
 Telur ataupun larva dikeluarkan dari badan hospes bersama tinja ,urine tau bersama darah
 Larva mengalamai pertumbuhan dengan pergantian kulit sampai membentuk stadium infektif yang dapat masuk dalam tubuh manusia secara aktif.
 Seekor cacing betina bertelur antara 20-200 ribu butir perhari.

Klasifikasi menurut habitatnya
1. Nematoda usus (intestinal),berdasarkan cara transmisinya:
a. Soil Transmitted Helminth
- Ascaris lumbricoides
- Trichuris trichiura
- Hookworm
- Strongyloides stercoralis
- Trichostrongylus
b. Non-soil transmitted Helminth
- Enterobius vermicularis
- Trichinella spiralis
- Capillaria philippinensis
2. Nematoda darah dan jaringan
- Wuchereria bancrofti
- Brugia malayi
- Brugia timori
- Onchorera valvulus
- Loa loa
- Mansonella ozzardi

TREMATODA
Nama lain cacing daun
Karakteristik :
a. metazoa ( multiseluler)
b. berbentuk seperti daun
c. terdiri dari 3 lapisan
d. tidak memiliki rongga badan (acelomate) dan tidak memiliki sirkulasi darah
e. memiliki sisstem eksresi dan berakhir pada flame cell
f. umumnya bersifat hermaprodit

Ada 4 kelompok trematoda berdasarkan habitat
1. trematoda usus
membutuhkan 2 tuan rumah perantara,
Fasciola busci, Echinostoma ilocanum, Heterophyes heterophyes, Metagonimus yokogawai, Gastrodiscoides hominis, Watsonius watsoni
2. trematoda hati
umumnya diteukan d saluran empedu menginfiltrasi jaringan hati, hospes definitif manusia
Clonorsis sinensis, Dicrocoelium dendriticum, Opisthorcis felineus, Opisthorchis viverini, Fasciola hepatica,
3. trematoda paru-paru
Paragonimus westermani
4. trematoda darah
Schistosoma japonicum, Schistosoma mekongi, Schistosoma mansoni, Schistosoma intercalatum

CESTOIDEA
Cestoda merupakan subklas dari klas Cestoidea. Disebut juga tapeworm (cacing pita) masuk ke dalam phylum Plathyhelminthes (cacing pipih)
Karakteristik umum:
a. pipih dorsovebtral, seperti pita sehingga terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. kepala(scolex) delengkapi alat melekat/sucker pada ujung anterior kadang-kadang dilengkapi dengan rostellum yang berkait ataupun tidak berkait
2. leher (neck) merupakan bagian sempit diantara kepala dan badan yg terus-menerus berploriferasi untuk membentuk proglotid baru
3. badan disebut stobila. Bagian yang terdiri dari segmen-segmen (proglotid) ada 3 macam: * immature yg langsung melekat pada leher
* matur ( matang) memiliki alat kelamin lengkap
* gravid (hamil) berisi telur
b. bersifat hermaprodit
c. memiliki saluran saraf dan alat ekresi walaupun sederhana
d. acelomata, tidak memiliki sistem aliran darah dan saluran pencernaan makanan. Makanan diarsorbsi melalui body wall tampak seperti vili pada usus manusia diberi nama mocrothrix

Klasifikasi
Dibagi dala 2 ordo :
a. Ordo Pseudophyllidea
Kepala memilikii lekuk atau cealh yang disebut Bothrium
Contoh : Diphyllobothrium latum
b. Ordo Cyclophillidea
Kepala seperti mangkok dan memili batil isap
Contoh :
Taenia saginata
tidak punya cisticeroris, hospes definitif manusia, hospes perantara sapi, tahap infectif cisticerus bovis, tahap diagnostik elur d tinja
Taenia solium
Punya cisticerosis hospes defenitif manusia, hospes perantara babi, tahap infectif cisticerus cellulise,tahap diagnostok pada tinja












INTESTINAL PROTOZOA
Entamoeba histolytica
Sinonim : Amoeba dysentriae, Entamoeba tetragena, Entamoeba dispar, Entamoeba venaticurn
Hospes : manusia, bisa juga pada kera, anjing, kucing, babi, tikus
Penyakit : Amebiasis
Habitat : daerah caecum
Epidemiologi : kosmopolit, paling banyak di daerah tropik. Penyakit ini berkaitan dengan sanitasi kurang baik, kepadatan penduduk, makanan dan gizi kurang baik, tingkat pendidikan serta sosial ekonomi yang rendah. Umumnya infeksi usus oleh Entamoeba histolytica bersifat asymptomatic. Parasit ini menyerang semua usia terutama usia dewasa
Morfologi : Entamoeba histolytica mempunyai 2 bentuk utama dengan satu bentuk peralihan yaitu
1. Trofozoit
• Bergerak aktif
• Diameter 10-60 µ
• Endoplasma bergranula
• Ektoplasma lebar, jernih
• Pseudopodium tipis seperti jari
• Inti tunggal terletak eksentris
2. Prekista
• Bulat / bujur
• Tidak berwarna
• Lebih kecil dari tropozoit ebih besar dari kista
• Pseudopodium dikeluarkan perlahan lahan, tidak ada gerak yang progresif
3. Kista
• Oval / bulat
• Simetris
• Dinding halus
• Tidak berwarna
• Jumlah inti 1,2, atau 4


SIKLUS HIDUP
1. Kista matang yang resisten, merupakan stadium infektif, bila termakan seseorang, akan tahan terhadap keasaman lambung
2. Ekskistasi : dinding kista musnah amoeba keluar dalam stadium metakista berinti 4 yang akhirnya akan membelah diri menjadi 8 trofozoit muda
3. Enkistasi di usus besar ( trofozoit menjadi kista)
4. Invasi ( Faktor : adanya bakteri Streptobacillus, makanan yang banyak mengandung kolesterol atau karbohidrat)
DIAGNOSA
1. Diagnosa Klinik, berdasarkan :
Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi dan sigmoidoskopi
2. Diagnosa laboratorium
Amebiasis usus :
• Tinja encer untuk pemeriksaan adanya bentuk trofozoit Entamoeba histolytica
• Tinja padat untuk pemeriksaan kista
• Pemeriksaan sigmoidoskop
• Pembiakan
• Test hemaglutinasi dan presipitasi

Balantidium coli
Sinonim : Balantidium suis
Penyakit : Balantidiasis, balantidiosis, disentri balantidium
Habitat : Mucosa dan submucosa usus besar terutama caecum bagian terminal dan ileum
Hospes : manusia, babi, kera
Morfologi
• Protozoa usus terbesar
• Trofozoit : kelabu tipis, lonjong berbentuk seperti kantung ; silia tersusun longitudinal dan spiral shngga geraknya melingkar ; mempunyai 2 vakuola kontraktil, 2 nukleus
• Kista : Hijau bening, lonjong, dinding rangkap, memiliki makronukleus, vakuola kontraktil dan silia
Siklus Hidup
sama dengan siklus hidup Entamoeba histolytica, tapi pada Balantidium coli kista tidak dpat membelh diri. Kista termakan bersama makanan atau minuman, terjadi ekskistasi di usus halus, menjadi trofozoit, memeblah diri di caecum. Trofozoit masuk ke kolon lalu terjadi enkistasi menjadi kista lalu keluar bersama tinja

Giardia lamblia
Sinonim : Cercomonas intestinalis, Lamblia intestinalis, Giardia enterica, Giardi intestinalis, Megastoma entericum
Penyakit : Giardiasis
Habitat : Duodenum, jejunum bagian atas, saluran empedu,kantung empedu
Morfologi dan Siklus Hidup
Bentuk vegetatif : pipih dorso-ventral (seperti jambu monyet), berinti 2, mempunyai 4 pasang flagel
Kista : lonjong, berinti 2-4 pada satu kutub



Blood and Tissue Nematoda
Nematoda yang hidup sebagai parasit di dalam darah dan jaringan manusia terdiri atas tiga kelompok, yaitu :
1. Cacing filarial dan dracunculus
2. Invasi larva migrans di dalam kulit, jaringan di bawah kulit serta alat dalaman.
3. Nematoda yang jarang didapat, di dalam jaringan hati, ginjal, paru-paru, mata dan subkutis.
Nematoda yang hospes definitifnya manusia, tetapi ada juga filaria pada binatang, larvanya dapat menular pada manusia, menimbulkan tropical eosinophilia.
Cacing Filaria
Parasit filaria pada manusia yaitu
1. Wuchereria bancrofti
2. Brugia malayi
3. Brugia timori
4. Loa loa
5. Onchocerca volvilus
6. Acanthocheilonema perstans
7. Mansonella ozzardi
Morfologi
Beberapa hal penting dari microfilaria untuk menentukan spesies filaria (preparat tes darah tebal dengan pewarnaan giemsa) :
1. Bentuk tubuh microfilaria ada yang halus atau bersudut, seperti patah-patah.
2. Sarung, berupa membrane halus menutupi microfilaria, melekat ketat, jelas terlihat pada bagian kepala dan ekor, berasal dari kulit telur yang belum diketahui fungsinya. Mikrofilaria, Wucheria brancofti, Brugia malayi, Brugia timori dan Loa loa memiliki sarung, merah muda.
3. Inti, merupakan sebaris sel berwarna, hamper mengisi sepanjang tubuh, merupakan sisa usus atau alat lain. Diperhatikan inti pada bagian ekor dan kepala. Inti di bagian ekor pada genus Wuchereria kosong, sedangkan Brugia berisi inti, dapat membantu menentukan spesies.
4. Ruang kepala (Cephalic Space), bagian kepala yang bebas inti. Untuk menentukan spesies, filaria biasanya diperhatikan panjang dan lebar ruang kepala.



Habitat
Sistem peredaran darah, limpa, otot, jaringan ikat atau rongga serosa.
Vektor Transmisi
Nyamuk anopheles, aedes, mansonia, culex, bisa juga simulium, chrysops atau culicoides, tergantung spesiesnya.
Siklus Hidup
- Cacing betina vivipar melahirkan microfilaria pralarva, hidupnya di dalam darah, subkutan atau jaringan lainnya.
- Filaria membutuhkan insekta sebagai vector. Manusia mendapat infeksi dengan melalui tusukan atau gigitan vector yang mengandung microfilaria yang efektif.
- Mikrofilaria yang dilahirkan sampai ke dalam darah dengan menembuh dinding saluran limfa ke dalam pembuluh darah kecil yang berdekatan atau melalui ductus thoracicus. Mikrofilaria ini tidak tumbuh lebih lanjut kecuali apabila diisap oleh vector.
- Apabila microfilaria terisap vector yang sesuai, beberapa jam kemudian menembus dinding usus tengah dan bergerak ke otot thorax, mengadakan metamorfosa menjadi stadium infektif dalam waktu 1-3 minggu.
- Apabila serangga tersebut menggigit seseorang, larva meninggalkan ujung proboscis serangga ke kulit dekat lubang gigitan, kemudian memasuki tubuh hospes melalui luka gigitan tersebut.
Periodisitas
Periodisitas yaitu waktu dimana didapat microfilaria dalam jumlah banyak di dalam darah perifer hospes. Macam-macam periodisitas :
1. Periodisitas nokturna, microfilaria ditemukan hanya pada malam hari. Contoh: Wuchereria bancrofti, Brugia malaya, Brugia timori.
2. Subperiodik nokturna, ditemukan pada malam atau siang hari, paling banyak siang hari.
3. Periodisitas diurna, microfilaria ditemukan hanya pada siang hari. Contoh: Loa loa.
4. Subperiodik diurna, ditemukan pada malam atau siang hari, paling banyak malam hari.
5. Non periodik, siang dan malam hari, ditemukan sama banyaknya. Contoh: Acanthicheilonema perstans, Onchocerca volvulus.
Di Indonesia, Wuchereria bancrofti, Brugia malaya, Brugia timori dan darah perifer diambil pada malam hari antara jam 22.00-02.00.



Kasus Primer (Habitat, Hospes dan Vektor)
1. Wuchereria bancrofti
a. Habitat, saluran dan kelenjar limfa terutama dibawah diafragma, microfilaria terdapat di dalam darah.
b. Manusia merupakan tuan rumah definitif.
c. Bentuk : Cacing dewasa berwarna putih kekuning-kuningan diliputi kutikula halus berbentuk silindris seperti benang, kedua ujung tumpul, bagian anterior membengkak, mulut berupa lubang sederhana tanpa bibir ataupun alat lainnya, langsung menuju esophagus dengan sebuah rongga bukal tetapi tanpa tonjolan maupun kontriksi seperti tanda khas yang terdapat pada beberapa nematode.
d. Vektornya tergantung periodisitas:
- Nokturna, ada dua bentuk yaitu:
• Filariasis bancrofti perkotaan (urban bancroftian filariasis) vector utamanya culex fatigans, hidup di dalam rumah, perindukannya air kotor sekitar rumah.
• Filariasis bancrofti pedesaan (rural bancroftian filariasis) vektornya nyamuk aedes, anopheles dan mansoni.
- Subperiodik diurna, vektornya terutama aedes polynisiensis, menggigit siang hari. Untuk pulau-pulau di daerah polinesia (Samoa, Fiji, pulau lainnya).
e. Siklus hidup




















f. Pathogenesis
Perkembangan dalam tubuh hospes W. bancrofti dapat dibagi atas beberapa periode, yaitu :
1. Masa Inkubasi Biologi, waktu yang dibutuhkan sejak masuknya larva infektif menembus kulit sampai munculnya microfilaria untuk pertama kali di dalam darah perifer, biasanya membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih.
2. Periode Asimtomatik, biasanya berlangsung bertahun-tahun tanpa adanya gejala yang nyata walaupun microfilaria telah ditemukan dalam darah perifer. Periode ini banyak terdapat terutama di daerah endemic filariasis.
3. Stadium Akut, Antigen dari cacing betina dewasa menyebabkan respon inflamasi, cacing menghambat kelenjar limphe dan menyebabkan limphedema disertai demam filarial, infeksi kulit dan nyeri.
4. Stadium Kronis, ditandai dengan adanya pembengkakan organ bersangkutan dalam suatu tipe elephantoid atau terjadinya perkembangan lymphocele kadang-kadang disertai rupture atau terjadinya suatu fibrosis. Elephantoid ekstrimitas atau scrotum dapat mencapai ukuran besar yang merupakan beban bagi penderita.

2. Brugia malayi
a. Habitat, saluran dan kelenjar limphe, microfilaria terdapat di dalam darah.
b. Hospes, selain pada manusia juga kera, anjing dan kucing (hospes reservoir).
c. Bentuk : Cacing dewasa banyak kesamaan dengan W. bancrofti namun berbentuk silindris menyerupai benang didapatkan berpasangan dalam saluran limphe yang berdilatasi, ujung anterior terdapat mulut tanpa bibir diliputi dua baris papilla. Baris sebelah dalam 6, dan sebelah luar 4 buah seperti juga pada W. bancrofti hanya pada B. malayi sedikit lebih besar.
d. Vektor nyamuk mansonia spp. dan anopheles spp., tergantung tipe periodisitas:
- Tipe Subperiodik nokturna vektornya, M. uniformis dan M. Indiana mempunyai tempat perindukan di rawa-rawa.
- Tipe Periodik nokturna vektornya, anopheles barbirostris, terdapat banyak di sawah.








e. Siklus hidup
















f. Pathogenesis: Penyakit ini umumnya sama dengan filariasis bancrofti dimana terdapat limphadenopati, lymphadenitis akhirnya terjadi elephantiasis. Diantaranya terdapat pula asimtomatic sedangkat di dalam darah perifer ditemukan microfilaria. Gejala utamanya yaitu, demam, lymphangitis dan lymphadenitis. Pada penderita elephantiasis sering mengenai tungkai bawah, lengan, mungkin daerah lipat paha, jarang sekari menyerang scrotum. Kadang-kadang timbul gejala alergi asma bronchiale, hipereo sinofili serta adenopati.

3. Brugia timori

a. Habitat: Saluran dan kelenjar limphe, microfilaria terdapat di dalam darah.
b. Manusia merupakan tuan rumah definitif, tidak ditemukan hospes reservoir.
c. Bentuk: Pada umur 142 hari, cacing jantan dengan ukuran terbesar 2 cm x 70 mm sedangkan cacing betina 3 cm x 100 mm. Pada kedua jenis kelamin, ujung anteriornya melebar pada kepalanya yang membulat. Ekornya berbentuk seperti pita dan agak bundar. Pada tiap sisi terdapat papil circum oral yang teratur pada bagian luar dan bagian dalam membentuk lingkaran, esophagus panjangnya lebih kurang 1 mm dengan ujung yang kurang jelas diantara otot dan kelenjar.
d. Vektor anopheles barbirostris, tempat perindukan di sawah, mengisap darah malam hari baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
e. Pathogenesis : Mikrofilaria B. timori bersifat periodic nocturna dan siklus hidupnya mirip dengan W. bancrofti serta B. malayi, menyebabkan demam dan lymphedema.









































SOIL TRANSMITTED HELMINTHS
Definisi : Cacing yang perkembangan embrionya pada tanah

Faktor yang perkembangan serta tertularnya kelompok cacing ini (di Indonesia) antara lain adalah :
- Iklim tropis yang lembab
- Higiene dan sanitasi yang kurang baik
- Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah
- Kepadatan penduduk yang tinggi
- Kebiasaan hidup yang kurang baik

Berbagai cara memperoleh makanan yang dilakukan oleh cacing antara lain :
- Menggigit dan mencerna darah (pada cacing tambang)
- Menusuk dan memakan jaringan lisis serta darah (pada Trichurus trichiura)
- Memakan sari makanan dalam usus (pada Ascaris lumbricoides)
- Memakan sari makanan dari cairan tubuh (pada cacing filaria)
Kelompok cacing tersebut umumnya membutuhkan tanah untuk pematangan telur atau larva yang tidak infektif menjadi telur atau larva yang infektif.

Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang)
MORFOLOGI
1. Cacing Dewasa

- Merupakan dasar morfologi nematoda pada umumnya.
- Nematoda usus terbesar , putih kekuning kemerahan, cacing mati putih.
- Badan panjang silindris, kedua ujung lancip, kutikula bergaris melintang.
- Mulut dengan tiga bibir (1 dorsal dan 2 lateroventral), bibir dorsal memiliki sepasang papil peraba, dibagian dalam memiliki gigi kitin yang kecil.

a.Cacing jantan
Ukuran 15-30 cm x 3-5 mm, bagian posterior melengkung kedapan, terdapat kloaka dengan 2 spikula yang dapat ditarik .

b.Cacing betina
Ukuran 22-35 cm x 3-6 mm, vulva membuka kedepan pada 2/3 bagian posterior tubuh terdapat penyempitan lubang vulva disebut cin-cin kopulasi . Menghasilkan telur 200.000 butir sehari selama hidupnya (6-12 bulan)

2.Telur

- Ukuran telur tergantung makanan dalam usus hospes
- Telur keluar bersama tinja dalam keadaan belum membelah
- Ada 3 bentuk telur yang mungkinditemukan , yakni :






a. Telur yang dibuahi
Berukuran 60x45 µm, bulat atau oval, dinding telur kuat, terdiri atas 3 lapis, yaitu :
- Lapisan luar (lapisan albuminoid) : permukaan tidak rata, bergerigi, berwarna kecokelat-cokelatan karena pigmen empedu
- Lapisan tengah (Lapisan kitin) : terdiri atas polisakarida
- Lapisan dalam ( membran vitellin) : terdiri atas sterol yang liat sehingga telur dapat tahan sampai satu tahun .

b. Telur yang dekortikasi
- Merupakan telur yang dibuahi tetapi kehilangan lapisan albuminoidnya (tidak bergeri lagi).
- Yang kortikasi maupun dekortikasi terapung dalam larutan garam jenuh .

c. Telur yang tidak dibuahi
- Dihasilkan oleh betina yang tidak subur atau terlalu cepat dikeluarkan oleh betina yang subur .
- Berukuran 90x40 µm, dinding tipis, serta tenggelam dalam larutan garam jenuh

SIKLUS HIDUP
- Telur keluar bersama tinja dalam keadaan belum membelah, diperlukan pematangan ditanah yang lembab dan teduh selam a20 – 24 hari dengan suhu optimum 30˚ untuk menjadikannya infektif
- Telur infektif berembrio, tertelan , dilambung telur menetas, keluar larva . Cairan lambung , mengaktifkan larva , bergerak ke usus halus , menembus mukosa usus , masuk ke dalam kapiler darah , terbawa aliran darah kehati, jantung kanan, paru – paru , keluar dari kapiler darah masuk ke alveolus , broncheolus, broncus, trachea sampai ke larynx , tertelan masuk ke esophagus , ke lambung , kembali ke usus halus untuk menjadi dewasa .
- Waktu yang diperlukan mulai dari larva menembus mukosa usus, ke paru – paru dan berakhir di lumen usus, 10-15 hari . Sedangkan mulai berada di dalam usus (yang kedua) sampai menjadi dewasa dapat menghasilkan telur butuh waktu 6-10 minggu .



















PATOLOGI DAN KLINIK
- Penyakitnya disebut ascariasis atau infeksi ascaris .
- Cacing dewasa, tinggal diantara lipatan mukosa usus halus , dapat menimbulkan iritasi sehingga tidak enak di perut berupa serta sakit perut yang tidak jelas .
- Kadang – kadang cacing dewasa terbawa kearah mulut karena kontraksi usus dan dimuntahkan, sehingga keluar dari mulut maupun hidung .
- Dinding usus dapat ditembus , apabila dibiarkan maka cacing keluar menembus dinding perut , pada anak – anak biasanya melalui umbilicus sedangkan pada orang dewasa melalui inguinal .
- 20 cacing dewasa perhari merampas 2,8 gram karbohidrat dan 0,7 gram protein .
- Efek utama pada anak sering menimbulkan perut buncit , pucat, lesu, rambut jrang berwarna merah serta badan kurus .

DIAGNOSA
- Diagnosa ascariasis ditegakkan berdasarkan penemuan telur cacing dalam tinja , larva dalam sputum, cacing dewasa keluar dari mulut , anus maupun hidung .
- Untuk menentukan tingkat infeksi , diperiksa jumlah telur per gram tinja atau jumlah cacing betina yang ada dalam tubuh hospes .
- Satu ekor cacing betina per-hari menghasilkan lebih kurang 200.000 telur atau 2.000 – 3.000 telur per gram tinja .
No Beratnya Ascariasis Jumlah Telur per gram tinja Jumlah cacing betina
1. Ringan Kurang dari 7.000 5 atau kurang
2. Sedang 7.000 sampai 35.000 6 - 25
3. Berat Lebih dari 35.000 Lebih dari 25

PENGOBATAN
Beberapa obat anhelmentik sekarang ini lebih efektif dengan efek toksik yang relatif rendah dari pada obat – obat dulu yang sudah populer misalnya santonin, oleum chenopodium serta hexylresorcinol . Beberapa obat dari anhelmentik yang dapat dipilih antara lain :
- Pyrantel pamoate, diberikan sebagai dosis tunggal 10 mg per-kg berat badan dengan maksimum pemberian 1 gram .
- Levamisole hydrochlorida, diberikan sebagai dosis tunggal 2,5 – 5 mg per-kg berat badan .
- Garam piperazine, 75 mg per-kg berat badan , maksimum 3,5 gram , diberikan 2 hari sebagai dosis harian tunggal .
- Albendazole, untuk orang dewasa dan anak – anak diatas 2 tahun yang diberikan dengan dosis tunggal 400 mg .
- Mebendazole, diberikan dengan dosis 100 mg dua kali per hari selama 3 hari .
- Cyclobendazole, merupakan derivat benzimidazole baru yang dapat membunuh Ascaris.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal pengobatan antara lain :
- Frekuensi pengobatan
- Waktu pelaksaannya
- Serta lama periode pengobatan

Trichuris trichiura (Cacing Cambuk)
MORFOLOGI
1. Cacing Dewasa
- Cacing dewasa menyerupai cambuk , 3/5 bagian anterior tubuh halus seperti benang , pada ujungnya terdapat kepala . Bagian ini akan menancapkan dirinya pada mukosa usus, 2/5 bagian posterior lebih tebal , berisi usus dan perangkat alat kelamin .
- Esophagus sempit berdinding tipis terdiri dari satu lapis sel, tidak memiliki bulbus esofagus .
- Anus terletak dibagian belakang sekali .

a. Cacing jantan
- Panjangnya 30-45 mm.
- Bagian posterior melengkung kedepan sehingga membentuk satu lingkaran penuh .
- Terdapat satu spikulum berbentuk lanset / pedang menonjol keluar melalui selaput retraksi.
b. Cacing betina
- Panjangnya 30 – 50 mm.
- Ujung posterior membulat tumpul , organ kelamin tidak berpasangan (simpleks) dan berakhir di vulva yang terletak pada tempat tubuhnya mulai menebal .
- Sehari tiap ekor cacing betina menghasilkan 3.000 – 4.000 telur, dapat sampai 10.000 telur.
2. Telur
- Berukuran 50 x 25 µm , berbentuk seperti tempayan (guci) , pada kedua kutubnya terdapat overculum yang jernih dan menonjol .
- Dindingya terdiri atas dua lapis , bagian dalam jernih, bagian luar berwarna kecoklat-cokelatan.
- Telur ini terapung dalam larutan garam jenuh .

SIKLUS HIDUP
- Telur keluar bersama tinja, dalam keadaan belum membelah , tidak infektif, dan perlu pematangan pada tanah dalam 3-5 minggu sampai terbentuk telur infektif .
- Manusia mendapat infeksi apabila telur yang infektif tertelan .
- Dibagian proksimal usus halus telur menetas, keluar larva, menetap 3-10 hari, setelah dewasa, cacing turun ke usus besar dan menetap .
- Waktu yang diperlukan dari saat telur infektif tertelan sampai cacing betina bertelur, 30-90 hari .



PATOLOGI DAN KLINIK
- Penyakitnya disebut trichuriasis, trichocephaliasis, atau infeksi cacing cambuk.
- Paling sering menyerang anak usia 1-5 tahun.
- Infeksi ringan, biasanya tanpa gejala , ditemukan secara kebetulan pada waktu pemeriksaan tinja rutin .
- Infeksi berat, dimana cacing tersebar keseluruh kolon dan rektum kadang – kadang terlihat pada mukosa rektum .
- Infeksi kronis dan sangat berat menunjukan gejala – gejala :
a. Anemia berat
b. Diare dengan tinja sedikit dan mengandung sedikit darah
c. Sakit perut, mual, muntah serta berat badan menurun
d. Mungkin disertai sakit kepala dan demam

DIAGNOSA
Dikategorikan berdasarkan :
1. Penemuan telur cacing didalam tinja .
2. Penemuan cacing dewasa pada anus .

PENGOBATAN
Mebendazole merupakan obat pilihan untuk trichuriasis dengan dosis 100 mg dua kali per hari selama 3 hari berturut , tidak tergantung berat badan atau usia penderita .






Cacing tambang & Strongyloides stercoralis


Cacing tambang (Hookworm)
Pada manusia ada dua spesies :
1. Necator americanus (Stiles, 1902), atau Uncinaria americana, Ancylastomum americanum, N. africanus, N. argentinus.
2. Ancylostoma duosenale (Dubini, 1843), Creplin, 1845, atau Ankylostoma duodenale.

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP
Habitat, di dalam usu halus terutama jejunum, sedangkan pada infeksi berat didapat di colon dan duodenum.
Manusia merupakan hospes definitif, tidak membutuhkan tuan rumah perantara.
Cacing dewasa yang masih hidup, putih abu-abu sampai kemerah-merahan, kedua spesies di atas mirip satu sama lain, perbedaannya antara lain bentuknya yang khas terutama pada cacing betina, yaitu pada N. Americanus menyerupai huruf S sedangkan A. Duosenale menyerupai huruf C. Bagian anterior terdapat pada buccal capsule (rongga mulut) sedangkan pada ujung posterior cacing jantan terdapat bursa copulasi, suatu membran yang lebar dan jernih, berfungsi memegang cacing betina pada waktu kopulasi. Pada kloaka terdapat dua buah spikula.
- N. americanus, buccal capsule sempit, dinding ventral terdapat sepasang benda pemotong berbentuk bulan sabit sedangkan sepasang lagi kurang nyata terdapat pada dinding dorsal.
• Cacing jantan berukuran 7-9 mm x 0.3 mm, bursa kopulasi bulat dengan dorsal rays dua cabang. Didapat dua spikula yang letaknya berdempetan serta ujungnya berkait.
• Cacing betina, 9-11 mm x 0.4 mm, ujung posterior tidak didapatkan spinal kaudal, vulva terletak pada bagian anterior kira-kira pada pertengahan tubuh.
- A. duodenale, buccal capsulenya lebih besar daripada N. americanus, memiliki dua pasang gigi ventral yang runcing dan sepasang gigi dorsal yang rudimenter.
• Cacing jantan berukuran 8-11 mm x 0.5 mm, bursa kopulasi melebar seperti payung dengan dorsal rays tunggal, bercabang pada ujungnya, didapat dua spikula yang letaknya berjauhan serta ujungnya runcing.
• Cacing betina berukuran 10-13 mm x 0.6 mm, pada ujung posterior terdapat pada spinal kaudal, vulva terletak pada bagian posterior pertengahan tubuh.
- Telur berbentuk oval, tidak berwarna, berukuran 40 x 60 μ. Dinding luar dibatasi oleh lapisan vitelline yang halus, diantara ovum dan dinding telur terdapat ruangan yang jelas dan bening. Telur yang baru keluar bersama tinja mempunyai ovum yang mengalami segmentasi 2, 4 dan 8 sel. Bentuk telur N. americanus tidak dapat dibedakan dari A. duodenale.
- Jumlah telur per hari yang dihasilkan seekor cacing betina
• N. americanus : 9.000 – 10.000
• A. duodenale : 10.000-20.000


Telur keluar bersama tinja pada tanah yang cukup baik, suhu optimal 23 – 33o C, dalam 24-48 jam akan menetas, keluar larva rhabditiform yang berukuran (250-300) x 17 μ. Larva ini mulutnya terbuka dan aktif makan sampah organik atau bakteri pada tanah sekitar tinja. Pada hari ke lima, berubah menjadi larva yang lebih kurus dan panjang disebut larva filariform yang infektif. Larva ini tidak makan, mulutnya tertutup, esofagus panjang, ekor tajam, dapat hidup pada tanah yang baik selama dua minggu. Apabila larva menyentuh kulit manusia, biasanya pada sela antara dua jari kaki atau dorsum pedis, melalui folikel rambut, pori-pori kulit ataupun kulit yang rusak larva secara aktif menembus kulit masuk ke dalam kapiler darah, terbawa aliran darah, kemudian terjadi seperti pada A. lumbricoides. Waktu yang diperlukan dalam pengembaraan sampai ke usus halus kira-kira 10 hari. Cacing dewasa dapat hidup selama kurang lebih 10 tahun. Infeksi per-oral jarang terjadi, tapi larva juga dapat masuk ke dalam badan melalui air minum atau makanan yng terkontaminasi. Siklus hidup, berlaku bagi kedua spesies cacing tambang.

Figure 1. A. duodenale (left) possess two pairs of teeth, N. americanus (right) possesses a pair of cutting plates in the buccal capsule

PATOLOGI DAN KLINIK
Penyakit. Infeksi cacing tambang, uncinariasis, necatoriasis, ancylostomiasis.
Infeksi cacing tambang pada hakekatnya adalah infeksi menahun sehingga sering tidak menunjukkan gejala akut. Kerusakan jaringan dan gejala penyakit disebabkan baik oleh larva maupun cacing dewasa.
Larva menembus kulit membentuk maculopapula dan eritem, sering disertai rasa gatal yang hebat, disebut “ground itch” atau “dew itch”. Waktu larva berada dalam aliran darah dalam jumlah banyak atau pada orang yang sensitif dapat menimbulkan bronchitis atau bahkan pneumonitis.
Intensitas infeksi cacing tambang berdasarkan jumlah telur per gram tinja atau jumlah cacing betina dalam tubuh hospes dapat dipakai patokan dari “parasitic Diseases Programme, WHO, Geneva, 1981”, di bawah ini :

No Beratnya Penyakit Jumlah telur per gram tinja Jumlah cacing betina
Infeksi oleh N. americanus
1 Ringan Kurang 2000 50 atau kurang
2 Sedang 2000-7000 51-200
3 Berat Lebih 7000 Lebih 200
Infeksi oleh A. duodenale
1 Ringan Kurang 3000 20 atau kurang
2 Sedang 3000-10000 21-100
3 Berat Lebih 10000 Lebih 100

Cacing dewasa melekat dan melukai mukosa usus, menimbulkan perasaan tidak enak di perut, mual dan diare. Seekor cacing dewasa mengisap darah 0.2-0.3 ml sehari sehingga dapat menimbulkan anemi progresif, hipokrom, mikrositer, tipe defisiensi besi. Biasanya gejala klinik timbul setelah tampak adanya anemi. Pada infeksi berat, Hb dapat turun sampai 2 gr %, penderita sesak nafas waktu melakukan kegiatan, merasa lemah da pusing kepala. Jantung hipertropi, adanya bising katup serta nadi cepat. Keadaan demikian akan menimbulkan kelemahan jantung. Pada anak dapat menimbulkan keterbelakangan fisik dan mental. Infeksi A. duodenale lebih berat dari N. americanus.




DIAGNOSA
Diagnosa infeksi cacing tambang ditegakkan berdasarkan :
1. Menemukan telur cacing tambang di tinja
2. Menemukan larva cacing tambang di dalam biakan atau pada tinja yang sudah agak lama.

PENGOBATAN
1. Tetrachlorethylen
2. Mebendazole
3. Albendazole dan Pyrantel pamoate
4. Bitoskanat
5. Befenium hidroksinaftoat

Strongyloides stercoralis
MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP
Sinonim, Strongyloides intestinalis, Anguillula intestinalis, Anguillula stercoralis.
Ada dua macam kehidupan cacing, yaitu : (1) hidup bebas di tanah; (2) hidup sebagai parasit, cacing betina terdapat di dalam mukosa duodenum dan bagian proksimal jejunum. Jarang ditemukan pada bagian distal pylorus, ductus biliaris communis, kandung empedu dan paru-paru. Manusia merupakan tuan rumah definif, juga pada anjing dan kucing
Cacing dewasa yang hidup bebas :
- Cacing betina, berukuran 1 mm x 50 μ, mempunyai esofagus berbentuk lonjong, bulbus oesofagus di bagian posterior, ekor lurus meruncing, vulva terletak dekat pertengahan tubuh yang merupakan muara dari uterus bagian posterior.
- Cacing jantan, berukuran 700 x 45 μ, ekor melengkung ke depan memiliki dua buah spikula kecil kecoklat-coklatan, esofagus lonjong dilengkapi bulbus esofagus.
Cacing dewasa sebgai parasit :
- Cacing betina, berukuran 2,2 mm x 50 μ, esofagus silindris terletak pada 1/3 panjang tubuh, vulva pada batas 1/3 bagian posterior dan 1/3 bagian tengah tubuh.
- Cacing jantan, tidak pernah ditemukan, diduga setelah masa perkawinan cacing jantan tetap bertahan di dalam trachea.
Telur, hanya didapatkan didalam tinja dengan diare berat atau setelah pemberian pencahar. Mirip telur cacing tambang, bentuk lonjong, ukuran (50-60) x (30-35) μ, dinding tipis, di dalamnya mengandung embrio.
Larva, terdapat dua bentuk, yaitu :
- Larva Rhabditiform, ukuran (200-300) x (14-16) μ, memiliki esofagus dan bulbus esofagus mengisi ¼ anterior tubuh.
- Larva Filariform, stadium infektif, lebih panjang dan lebih langsing daripada larva rhabditiform, berukuran (350-450) x (30-35) μ, dengan esofagus panjangnya mencapai ½ bagian anterior tubuh tetapi tidak memiliki bulbus esofagus.
Pembuahan cacing betina oleh cacing jantan terjadi di dalam bronchus atau trachea, tetapi ada juga yang mengatakan S. Stercoralis betina bersifat partenogenesis yaitu reproduksi dengan cara perkembangan telur yang tidak dibuahi. Cacing betina yang telah dibuahi menembus mukosa usus, menempati kelenjar Lieberkuhn. Di dalam kelenjar, cacing bertelur, diikuti menetasnya telur, keluar larva rhabditiform yang akan mengadakan penetrasi dan masuk ke dalam lumen usus untuk keluar bersama tinja.

Perkembangan selanjutnya, ditemukan tiga macam siklus hidup, yaitu :
1. Siklus langsung. Sama seperti cacing tambang, sesudah 2-3 hari larva yang berada di dalam tanah, berubah menjadi larva filariform yang infektif. Apabila larva menyentuh kulit manusia, menembus kulit tersebut, masuk ke dalam kapiler darah dan terbawa aliran darah. Perjalanan selanjutnya sama dengan perjalanan cacing tambang, yang akhirnya tertelan sampai ke usus halus. Waktu yang dibutuhkan sejak larva filariform menembus kulit sampai didapatkan larva rhabditiform di dalam tinja 2-3 minggu.
2. Siklus tidak langsung/siklus bebas. Larva yang keluar bersama tinja, di tanah berubah menjadi cacing dewasa jantan dan betina. Setelah terjadi pembuahan, cacing betina bertelur, diikuti menetasnya telur tersebut dengan mengeluarkan larva rhabditiform, selanjutnya akan terjadi salah satu perkembangan di bawah ini :
- Sebagian akan mengulang siklus bebas cacing jantan dan betina seperti di atas.
- Sebagian lagi, larva rhabditiform berubah menjadi larva filariform, menembus kulit, masuk ke dalam siklus seperti pada butir 1 di atas.
3. Hiperinfeksi dan autoinfeksi. Larva rhabditiform yang berada di dalam lumen usus, menuju anus, berubah menjadi larva filariform. Hiperinfeksi atau autoinfeksi internal terjadi bila larva filariform menembus mukosa colon sebelum sampai di anus. Autoinfeksi atau autoinfeksi eksternal terjadi bila larva filariform melewati anus dan menembus kulit perianal. Baik hiperinfeksi maupun autoinfeksi, keduanya sampai kapiler darah , kemudian masuk siklus 1 di atas, sehingga infeksi cacing ini dapat berlangsung terus menerus seumur hidupnya hospes.

PATOLOGI DAN KLINIK
Penyakitnya disebut strongyloidiasis, strongyloidosis, diare Cochin China.
Infeksi ringan biasanya tanpa gejala, tidak diketahui hospes.
Infeksi sedang, cacing betina dewasa bersarang di dalam mukosa duodenum, menyebabkan perasaan terbakar, menusuk-nusuk di daerah epigastrum, disertai rasa mual, muntah, diare bergantian dengan konstipasi.
Infeksi berat dan kronis, mengakibatkan berat badan menurun, anemi, disentri menahun serta demam ringan yang disebabkan infeksi bakteri sekunder ke dalam lesi usus.
Infeksi berat yang disertai infeksi sekunder dapat menyebabkan kematian, disebabkan cacing betina bersarang pada hampir seluruh epitel usus, dapat meliputi daerah lambung sampai ke daerah colon bagian distal.
Steroid dan imunosupresif memperbesar kecenderungan terinfeksi S. stercoralis yang dapat fatal (Peters W. 1977)

DIAGNOSA
Ditegakkan dengan menemukan larva rhabditiform di dalam tinja segar atau pada cairan duodenum
Telur dapat ditemukan di dalam tinja setelah pemberian pencahar atau setelah diare berat (pada infeksi berat)

PENGOBATAN
1. Thiabendazole
2. Mebendazole
3. Pyrvinium pamoate.

















FILARIASIS
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang tersebar di indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas penderitanya karena timbulnya gangguan fisik. Penyakit ini jarang diderita oleh anak, karena manifestasi klinisnya timbul bertahun-tahun kemudian setelah infeksi. Gejala pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia diatas 30 tahun setelah terpapar parasit selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, filariasis sering juga disebut penyakit kaki gajah. Akibat paling fatal bagi penderita adalah kecacatan permanen yang sangat mengganggu produktivitas.

Gejala dan Tanda-tanda
Seseorang yang terinfeksi penyakit kaki gajah umumnya terjadi pada usia kanak-kanak, dimana dalam waktu yang cukup lama (bertahun-tahun) mulai dirasakan perkembangannya.
Adapun gejala akut yang dapat terjadi antara lain :
• Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
• Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)
Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).

Epidemologi
Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info dari WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailan dan Indonesia (Asia Tenggara). Di daerah-daerah endemik, 80% penduduk bisa mengalami infeksi tetapi hanya sekitar 10-20% populasi yang menunjukan gejala klinis. Telah diketahui lebih dari 200 spesies filaria. Dari 200 spesies tersebut hanya sedikit yang menyerang manusia.
Di Indonesia penyakit filariasis tersebar luas hampir diseluruh provinsi. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survai laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata Mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularnya tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas.


Pencegahan
1. Pengobatan Massal
Cara pencegahan penyakit yang paling efektif adalah mencegah gigitan nyamuk pembawa mikrofilaria. Apabila suatu daerah sebagian besar sudah terkena penyakit ini, maka pengobatan massal dengan DEC, invermectin, atau albendazol dapat diberikan setahun sekali dan sebaiknya dilakukan paling sedikit selama lima tahun.
2. Pengendalian Vektor
Kegiatan pengendalian vekktor adalah pemberantasan tempata perkembangbiakan nyamuk melalui pembersihan got atau saluran pembuangan air, pengaliran air tergenang, dan penebaran bibit ikan pemakan jentik. Kegiatan lainnya adalah menghindari gigitan nyamuk dengan memasang kelambu, menggunakan obat nyamuk oles, memasang kasa pada ventilasi udara, dan menggunakan obat nyamuk bakar atau obat nyamuk semprot.
3. Peran Serta Masyarakat
Warga masyarakat diharapkan bersedia datang dan mau diperiksa darahnya pada malam hari pada saat kegiatan pemeriksaan darah; bersedia minum obat anti-penyakit kaki gajah secara teratur sesuai dengan ketentuan yang diberitahukan oleh petugas; memberitahukan kepada kader atau petugas kesehatan bila menemukan penderita filariasis; dan bersedia bergotong royong membersihkan sarang nyamuk atau tempat perkembangbiakan nyamuk.

Diagnosis
Filariasis dapat ditegakkan secara klinis yaitu bila seseorang tersangka filariasis ditemukan tanda-tanda gejala akut ataupun kronis dengan pemeriksaan darah yang diambil dari jari untuk dideteksi parasitnya melalui mikroskop. Parasit mempunyai “nocturnal periodicity” yang berarti parasit membatasi dirinya pada saat sekitar tengah malam oleh karena itu pemeriksan darah baiknya dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat., seseorang dinyatakan sebagai penderita filariasis, apabila dalam sediaan darah tebal ditemukan mikrofilaria. Perkembangan baru yang sangat sensitif, “card test” yang sangat spesifik dan sederhana untuk menditeksi sirkulasi antigen parasit tanpa fasilitas laboratorium dan hanya membutuhkan tetesan darah dari jari yang dapat diambil kapanpun telah memenuhi untuk mencapai diagnosis. Dengan alat baru ini, sekarang lebih memungkinkan untuk meningkatkan pemahaman dimana infeksinya terdapat dan untuk memonitor keefektifan pengobatan dan mengontrol program-program.
Pengobatan
Dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5-10 tahun, untuk mencegah reaksi efek samping seperti demam diberikan parasetamol.






ASCARIASIS
Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing gelang Ascaris lumbricoides. Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang dalam usus halus. Adanya cacing didalam usus penderita akan mengadakan gangguan keseimbangan fisiologi yang normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat sehingga mengganggu gerakan peristaltik dan penyerapan makanan.
Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh dunia, lebih banyak di temukan di daerah beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah tropik derajat infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk. Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada anak-anak berusia 5 – 10 tahun sebagai host (penjamu) yang juga menunjukkan beban cacing yang lebih tinggi (Haryanti, E, 1993).
Cacing dapat mempertahankan posisinya didalam usus halus karena aktivitas otot-otot ini. Jika otot-otot somatik di lumpuhkan dengan obat-obat antelmintik, cacing akan dikeluarkan dengan pergerakan peristaltik normal.
Tantular, K (1980) yang dikutip oleh Moersintowarti. (1992) mengemukakan bahwa 20 ekor cacing Ascaris lumbricoides dewasa didalam usus manusia mampu mengkonsumsi hidrat arang sebanyak 2,8 gram dan 0,7 gram protein setiap hari. Dari hal tersebut dapat diperkirakan besarnya kerugian yang disebabkan oleh infestasi cacing dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan keadaan kurang gizi (malnutrisi).

Gejala dan Tanda-tanda
Askariasis sering tidak bergejala. Tetapi, jika jumlah cacing di dalam perut semakin banyak, maka berbagai macam gejala akan muncul. Gejala infestasi cacing yang masih ringan dapat berupa :
• Ditemukannya cacing dalam tinja
• Batuk mengeluarkan cacing
• Kurang napsu makan
• Demam
• Bunyi mengik saat bernapas (wheezing)
Sedangkan gejala infestasi cacing yang berat antara lain adalah :
• Muntah
• Napas pendek
• Perut buncit
• Nyeri perut
• Usus tersumbat
• Saluran empedu tersumbat

Epidemiologi
Pada umumnya frekuensi tertingi penyakit ini diderita oleh anak-anak sedangkan orang dewasa frekuensinya rendah. Hal ini disebabkan oleh karena kesadaran anak-anak akan kebersihan dan kesehatan masih rendah ataupun mereka tidak berpikir sampai ke tahap itu. Sehinga anak-anak lebih mudah diinfeksi oleh larva cacing Ascaris misalnya melalui makanan, ataupun infeksi melalui kulit akibat kontak langsung dengan tanah yang mengandung telur Ascaris lumbricoides.
Faktor host merupakan salah satu hal yang penting karena manusia sebagai sumber infeksi dapat mengurangi kontaminasi ataupun pencemaran tanah oleh telur dan larva cacing, selain itu manusia justru akan menambah polusi lingkungan sekitarnya.
Di pedesan kasus ini lebih tinggi prevalensinya, hal ini terjadi karena buruknya sistem sanitasi lingkungan di pedesaan, tidak adanya jamban sehingga tinja manusia tidak terisolasi sehingga larva cacing mudah menyebar. Hal ini juga terjadi pada golongan masyarakat yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, sehingga memiliki kebiasaan membuang hajat (defekasi) ditanah, yang kemudian tanah akan terkontaminasi dengan telur cacing yang infektif dan larva cacing yang seterusnya akan terjadi reinfeksi secara terus menerus pada daerah endemik (Brown dan Harold,1983).
Perkembangan telur dan larva cacing sangat cocok pada iklim tropik dengan suhu optimal adalah 23˚C sampai 30˚C. Jenis tanah liat merupakan tanah yang sangat cocok untuk perkembangan telur cacing, sementara dengan bantuan angin maka telur cacing yang infektif bersama dengan debu dapat menyebar ke lingkungan.

Pencegahan
Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti :
• Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
• Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunkan sabun.
• Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat.
Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun, pencegahan dan pemberantasan di daerah endemik adalah sulit. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah sebagai berikut :
1. Mengadakan kemotrapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik ataupun daerah yang rawan terhadap penyakit askariasis.
2. Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.
3. Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup cacing misalnya memakai jamban/WC.
4. Makan makanan yang dimasak saja.
5. Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang menggunakan tinja sebagai pupuk.

Diagnosis
Diagnosis ascariasis ditegakkan berdasarkan menemukan telur cacing pada tinja (melalui pemeriksaan langsug atau metoda konsentrasi), larva dalam sputum, cacing dewasa keluar dari mulut, anus, atau dari hidung. Apbila infeksi hanya oleh cacing jantan atau cacing yang belum dewasa dianjurkan untuk melakukan thorax foto.
Pengobatan
Beberapa Anhelmintik sekarang ini lebih efektif dengan efek toksik yang relative rendah dari pada obat-obat dulu yag sudah popular misalnya santonin, atau hexyresorcinol. Anhelmentik yang dapat dipilih beberapa obat dibawah ini pyrantel pamoate, albendazole, mebendazole dan cyclobendazole. Disamping pengobatan individu juga perlu diperhatikan pengobatan masal.













AMOEBIASIS
Amoebiasis adalah keadaan terdapatnya Entamoeba histolytica dengan atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan (Food Borne Disease). Entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan Dysentery amoeba, penyebarannya kosmopolitan banyak dijumpai pada daerah tropis dan subtropis terutama pada daerah yang sosial ekonomi lemah dan hugiene sanitasinya jelek.
Entamoeba histolytica pertama kali ditemukan oleh Losh tahun 1875 dari tinja disentrai seorang penderita di Leningrad, Rusia. Pada autopsi, Losh menemukan Entamoeba histolytica bentuk trofozoit dalam usus besar, tetapi ia tidak mengetahui hubungan kausal antara parasit ini dengan kelainan ulkus usus tersebut.
Pada tahun 1893 Quiche dan Roos rnenemukan Entamoeba histolytica bentuk kista, sedangkan Schaudin tahun 1903 memberi nama spesies Entamoeba histolytica dan membedakannya dengan amoeba yang juga hidup dalam usus besar yaitu Entamoeba coli. Sepuluh tahun kemudian Walker dan Sellards di Filiphina membuktikan dengan eksperimen pada sukarelawan bahwa entamoeba histolytica merupakan parasit komensal dalam usus besar.
Klasifikasi amoebiasis menurut WHO (1968) dibagi dalam asimtomatik dan simptomatik, sedang yang termasuk amoebiasis simptomatik yaitu amoebiasis intestinal yaitu dysentri, non-dysentri colitis, amoebic appendicitas ke orang lain oleh pengandung kista entamoeba hitolytica yang mempunyai gejala klinik (simptomatik) maupun yang tidak (asimptomatik).

Gejala dan Tanda-tanda
Gejala-gejala klinik dari amoebiasis tergantung daripada lokalisasi dan beratnya infeksi. Penyakit disentri yang ditimbulkannya hanya dijumpai pada sebagian kecil penderita tanpa gejala dan tanpa disadari merupakan sumber infeksi yang penting yang kita kenal sebagai "carrier", terutama didaerah dingin, yang dapat mengeluarkan berjuta-juta kista sehari. Penderita amoebiasis intestinalis sering dijumpai tanpa gejala atau adanya perasaan tidak enak diperut yang samar-samar, dengan adanya konstipasi, lemah dan neurastenia. Infeksi menahun dengan gejala subklinis dan terkadang dengan eksaserbasi kadang-kadang menimbulkan terjadinya kolon yang "irritable" sakit perut berupa kolik yang tidak teratur.
Amoebiasis yang akut mempunyai masa tunas 1-14 minggu. Dengan adanya sindrom disentri berupa diare yang berdarah dengan mukus atau lendir yang disertai dengan perasaan sakit perut dan tenesmusani yang juga sering disertai dengan adanya demam. Amoebiasis yang menahun dengan serangan disentri berulang terdapat nyeri tekan setempat pada abdomen dan terkadang disertai pembesaran hati. Penyakit menahun yang melemahkan ini mengakibatkan menurunnya berat badan.
Amoebiasis ekstra intestinalis memberikan gejala sangat tergantung kepada lokasi absesnya. Yang paling sering dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari mukosa usus melalui aliran sistem portal. Sering dijumpai pada orang-orang dewasa muda dan lebih sering pada pria daripada wanita dengan gejala berupa demam berulang, kadang-kadang disertai menggigil, icterus ringan, bagian kanan diafragma sedikit meninggi, sering ada rasa sakit sekali pada bahu kanan dan hepatomegali. Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk dan nyeri tekan intercostal, pleural effusion dengan demam disertai dengan menggigil.
Pada pemeriksaan darah dijumpai lekositosis kadang-kadang amoebiasis hati sudah lama diderita tanpa tanda-tanda dan gejalanya khas yang sukar didiagnosa. Infeksi amoeba di otak menunjukkan berbagai tanda dan gejala seperti abses atau tumor otak. Sayang sekali infeksi seperti ini baru didiagnosa pada autopsi otak. Amoebiasis ekstra intestinalis ini dapat juga dijumpai di penis, vulva, perineum, kulit setentang hati atau kulit setentang colon atau di tempat lain dengan tanda-tanda suatu ulkus dengan pinggirnya yang tegas, sangat sakit dan mudah berdarah.

Epidemiologi
Amooebasis tersebar luas diberbagai negara diseluruh dunia. Pada berbagai survei menunjukkan frekwensi diantara 0,2 -50 % dan berhubungan langsung dengan sanitasi lingkungan sehingga penyakit ini akan banyak dijumpai pada daerah tropik dan subtropik yang sanitasinya jelek, dan banyak dijumpai juga dirumahrumah sosial, penjara, rumah sakit jiwa dan lain-lain.
Penularan diantara keluarga sering juga terjadi terutama pada ibu atau pembantu rumah tangga yang merupakan "carrier", dapat mengkontaminasi makanan sewaktu menyediakan atau menyajikan makanan tersebut.
Pada tingkat keadaan sosio ekonomi yang rendah sering terjadi infeksi yang
disebabkan berbagai masalah, antara lain:
1. Penyediaan air bersih, sumber air sering tercemar.
2. Tidak adanya jamban, defikasi disembarang tempat, memungkinkan amoeba dapat dibawa oleh lalat atau kecoa.
3. Pembuangan sampah yang jelek merupakan tempat pembiakan lalat atau lipas yang berperan sebagai vektor mekanik.
Di Indonesia, amoebiasis kolon banyak dijumpai dalam keadaan endemi. Prevalensi Entamoeba histolytica di berbagai daerah di Indonesia berkisar antara 10–18 %. Amoebiasis juga tersebar luas diberbagai negara diseluruh dunia. Pada berbagai survei menunjukkan frekuensi diantara 0,2 -50 % dan berhubungan dengan sanitasi lingkungan sehingga penyakit ini akan banyak dijumpai pada daerah tropik dan subtropik yang sanitasinya jelek.
Di RRC, Mesir, India dan negeri Belanda berkisar antara 10,1 –11,5%, di
Eropa utara 5 -20%, di Eropa Selatan 20 -51 % dan di Amerika Serikat 20%.
Frekuensi infeksi Entamoeba histolytica diukur dengan jumlah pengandung
kista. Perbandingan berbagai macam amoebiasis di Indonesia adalah sebagai
berikut, amoebiasis kolon banyak ditemukan, amoebiasis hati hanya kadang-kadang
amoebiasis otak lebih jarang lagi dijumpai.

Pencegahan
Pencegahan penyakit amoebiasis terutama ditujukan kepada kebersihan perorangan (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan (environmental hygiene). Kebersihan perorangan antara lain adalah mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan. Kebersihan lingkungan meliputi: memasak air minum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar dijamban, tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas, membuang sampah ditempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat.
Untuk menurunkan angka sakit, maka perlu diadakan usaha jangka panjang berupa pendidikan kesehatan dan perbaikan sanitasi lingkungan dan usaha jangka pendek berupa penyuluhan kesehatan dan pembersihan kampung halaman secara serentak (gotong royong) dan juga dengan pengobatan massal ataupun individual.



Diagnosis
Diagnosis pasti penderita amoebiasis adalah menemukan parasit didalam tinja atau jaringan. Diagnosis laboratorium dapat dibuat dengan pemeriksaan mikroskopis atau menemukan parasit dalam biakan tinja sering dijumpai Entamoeba histolytica bersama-sama dengan kristal Charcot-Leyden. Diagnosis tidak selalu mudah, maka perlu dilakukan pemeriksaan berulang teristimewa pada kasus menahun. Kegagalan dapat terjadi dengan teknik yang salah, mencari parasit tidak cukup teliti atau sering dikacaukan dengan protozoa lain dan sel-sel artefak.
Pemeriksaan tinja dengan sediaan langsung dengan memakai air garam faal, atau lugol, dengan pengecatan trichrom, hematoksilin (sediaan permanen) atau dengan metode konsentrasi. Pada umumnya pada tinja encer akan di jumpai bentuk tropozoit disertai gejala klinik nyata, sedangkan pada tinja padat pada penderita tanpa gejala terutama pada penderita menahun "carrier" akan dijumpai terutama bentuk kista.

Pengobatan
Metronidazol (Nitraomidazol)
Metronidazol merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolytica dan bentuk kista. Efek samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi.








BHP
• Sebelum melakukan pemeriksaan, dokter harus memberitahu pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan, dan meminta persetujuan pasien terlebih dahulu. Misalnya pemeriksaan fisik, ada atau tidaknya pembengkakan pada kaki, lengan tangan, kemaluan, vulva, dan buah dada
• Persetujuan untuk pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan feses
• Untuk pemeriksaan darah, seorang dokter harus memberikan inform concern terlebih dahulu kepada pasien. Apakah pasien setuju untuk diambil darahnya untuk sampel pemeriksaan atau tidak
• Dalam memberikan obat kepada pasien, dokter juga harus menjelaskan aturan pakai (misal dosisnya) serta efek samping yang dapat terjadi dari pengkonsumsian obat tersebut









Laboratory Diagnostic of Parasistic Disease
Diagnosis infeksi parasit melalui:
1. Anamnesa
2. Physical Examination
3. Lab Examination
4. Immunodignosis
Jika pemeriksaan secara anamnesa belum spesifik, maka dilakukan lab examination
Bergantung pada habitat parasite dan distribusi parasite.
Tipe-tipe specimen:
Stool, blood, Urin,, sputum, vaginal discharge, uretra discharge, skin scrapping, Liquor cerebro spinal, Tissue biopsy, nasal discharge, coruneal scraping.
Yang sangat penting dalam pemeriksaan protozoa parasite dan helminth parasite
1. Pengecekan berulang sangat dibutuhkan
2. Harus mengerti examination tehnique, life cycle of parasite, morphology parasite
Harus diperiksa pada saat: (Helminth egg lebih dapat bertahan lama dibandingkan Intestinal Protozoa)
1. Liquid harus diperiksa 30 menit setelah spesimen diambil (dikeluarkan dari tubuh)
2. Spesimen lunak 1 jam
3. Spesimen keras setelah 24 jam
Bisa melakukan pemeriksaan di kemudian waktu asalkan diberikan formalin 10 %, MIF ( Merthyolet Iodine Formaline), PVA (Polyvinyl Alcohol)
Spesimen tidak boleh terkontaminasi dengan Water (karena memiliki flora yang dapat bercampur dengan parasite), dan urine (dapat membunuh organisme yang motil)
 Prior to examination , fecal specimens should never be incubated or frozen.
 A chatartic with an oil base should not be used, and a stool softener (taken either orally or as a suppository) is usually inadequate for obtaining a purged specimen.
 Repeating fecal examination after therapy :
Ascariasis, 2-3 weeks setelah therapy
Protozoa infection, 3-4 weeks after therapy T
taeniasis, 5-6 weeks after therapy
Pada pemeriksaan Helminth parasite yang lebih penting adalah fecal spesimen dan blood and tissue specimen
Examination tehnique of Helmint Parasite in Feces:
Makroskopik Examination: Consistency (hard, formed, soft, diarheae, Odour, Color, Foreign Bodies (blood, Mucous, Parasite
Mikroskopik Examination: Qualitatife dan Quantitative
Qualitatative:
• DIRECT WET SMEAR METHOD
• FLOTATION METHOD
• MODIFICATION MERTHIOLATE IODINE FORMALDEHYDE (MIF)
• CELLOTAPE TAPE METHOD
• FORMALDEHYDE ETHER SEDIMENTATION (RITCHIE’S METHOD)
• METODA KATO
Quantitative:
STOLL DILLUTION METHOD , KATO – KATZ CELLOPHANE THICK SMEAR METHOD
Direct Wet Smear Method: Fast , Severe infection , Reagens (NaCl Physiologis (0,9%), or Eosin 2%)
Direct Wet Smear Method:
1. Place 1-2 drops NaCl 0,9% or Eosin 2% on microscope slide
2. Place 2 mg faeces on microscope slide
Saline Wet Smear Method:
1. Emulsify 2mg faeces in the saline drop
2. Place coverslip over suspension
3. Examine using the lower power objective 10x or 40x

FLOATATION METHOD untuk melihat parasit yang tidak tampak di permukaan:
1. Dengan C entrifugasi
2. Tanpa centrifugasi
CelloTaphe Method
The egg adhere on perianal area, so rarely found in faeces (5 %). To find this parasite we need Scotch Adhesive tape Swab from Graham or Cellotape Method
• Prosedur: To examine the egg of Enterobius vermicularis
• Children 1-10 years old
• Doing in the morning before take a bath or wash the anus with water after defecating
• Transparent plastic plaster (2 x 1,5 cm)patched to skin around the anus
• Press the plaster, then lift slowly
• Patched to the object glass, examine under the microscope
Kato Method (Qualitative)
Practical, simple, and cheap, Can be used in mass examination, Examination needs more stool, so the eggs can be found much more .,Morphology of egg is clear
Prosedur:
Take 20-50 mg faeces ( as large as red bean )
Put on object glass, spread out
Cover with cellophane, pressing the faeces until flat and spread out under the cellophane
Drain the excessive fluid with filter paper
Let it 20-30 minutes, Examine under the microscope
Quantitative Methode:
1. Stool Method
2. Kato-Katz Method
Procedure:
_ Put 5 gr faeces on the oily papper, put wire netting on it then press
 Put the holed carton on the object glass, print the filtered faeces on holed carton
 Lift the carton
 Cover the faeces with soaked cellotape
 Press, spread out
 Let it 30 mnt
 Examine under the microscope

No comments:

Post a Comment

Komentar yang banyak
Kritik dan saran diperlukan dalam pengembangan Blog ini agar menjadi lebih baik