WELCOME 3:)

LETS ROCK WITH THE WORLD
MAKING WORLD KNOW WHO US
and SHOWING REASON for OUR EXISTENCE

Total Pageviews

Tuesday, December 28, 2010

Pemeriksaan Sedimen Urine

PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN

Sebelum menilai hasil analisa urin, perlu diketahui tentang proses pembentukan urin. Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal.

Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per

menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit. Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan

urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.



FAKTOR

-

FAKTOR YANG TURUT MEMPENGARUHI

SUSUNAN URIN

Untuk mendapatkan hasil analisa urin yang baik perlu

diperhatikan beberapa faktor antara lain persiapan penderita dan

cara pengambilan contoh urin. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam persiapan penderita

untuk analisa urin misalnya pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan cara enzimatik. Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin), pyridium dan lain Lain. Pada tes kehamilan dianjurkan agar mengurangi minum supaya urin menjadi lebih pekat. Susunan urin tidak banyak berbeda dari

hari ke hari, tetapi pada pihak lain mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan sedimen dapat dipergunakan urin

sewaktu , ialah urin yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan dengan khusus, kadang

kadang bila unsur sedimen tidak ditemukan karena urin- sewaktu terlalu encer, maka dianjurkan memakai urin pagi. Urin pagi ialah urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari, urin ini baik untuk pemeriksaan berat jenis, protein sedimen dan tes kehamilan.

Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi dianjurkan

pengambilan contoh urin dengan cara clean voided specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak ditampung, tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir

tidak turut ditampung

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK, MIKROSKOPIK

DAN KIMIA URIN

Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemerik-

saan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobi-

linogen, darah samar dan nitrit.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK.

Yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuanti-

tatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan,jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jaM lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek

diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin

selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah-muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan

dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus. Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna kare-

na kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa

makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila

didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat. Disamping itu perludipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal,seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan

warna coklat kehitaman pada urin.

Kejernihan

dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubeculayang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.

Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter,

refraktometer dan reagens pita'. Berat jenis urin sewaktu padaorang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik.Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun



Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang

berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, pate, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh

bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escheri-

chia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK

Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini panting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat

ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa

objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan. kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah

unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang

bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan +(ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak-

organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan .seperti urat amorf dan kristal

Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 -- 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia. Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria

dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit

dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor albus

Silinder

adalah endapan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein

(protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume,

pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.


Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, lekosit

dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder lekosit, silinder eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada pielonefritis dapat

dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.


Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu didalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang

sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena

kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Disamping itu

mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.


Epitel

merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, sepe

rti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik

didalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang

telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau

diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

PEMERIKSAAN KIMIA URIN

Disamping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, specifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita.

Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonsia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum , aktivitas reagens harus dipertahankan,

penggunaan haruslah mengikuti petunjuk dengan tepat; baik mengenai

cara penyimpanan, pemakaian reagnes pita dan bahan pemeriksaan.

Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar.

Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau urin yang telah berada dalam buli- buli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin, urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein. Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi

dapat memberikan basil positif palsu untuk pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.

1,6-9

Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap

albumin dibandingkan protein lain seperti globulin, hemoglobin,

protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil

pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan

kemungkinan terdapatnya protein tersebut didalam urin. Urin

yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium

kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat

memberikan hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat

terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan

pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti anemia

hemolitik

yang

disertai

hemoglobinuria,

mieloma,

makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi

glo

merulus seperti pada hipertensi dan payah jantung.

Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena

kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit

glomerulunofritis akut atau kronik, sindroma nefrotik,

pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain

6

.

Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan

memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat

dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan

cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang

mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa,

fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan

seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih

sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat

mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan

pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

11

Juga cara ini lebih

spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa,

laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara

enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin

yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau

benda keton melebihi 40 mg/dl.

3

,7,9

Pada orang normal tidak

didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena

peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas

maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada dia-

betes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromo-

cytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang

rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria,

kehamilan dan sindroma Fanconi.

Benda- benda keton

dalam urin terdiri atas aseton, asam

asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah

menguap, maka urin yang diperiksa ha

rus segar. Pemeriksaan

benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam

asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka

untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi

butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengan-

dung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-

hidroksi-quinoline yang berlebihan.

17

Dalam keadaan normal

pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan

puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada

diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin

didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi

sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat.

Pemeri

ksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara

garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang

menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium

terdiri

dari

p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate,

sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.

1,7

Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil

positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran

empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin

terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang

tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin

mengandung metabolit pyridium atau serenium.

Pembacaan Reagens Pita

Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 -- 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi

urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan didalam tubuh. Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin,

adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150--450 ug hemoglo-

bin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang

utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin

mengairdung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari Sedimen urin

infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.


Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bak-teriura dapat ditentukan dengan tes nitrit.

Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari 10 mikroor-ganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi

nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus. Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea, karena basil negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung reduktase, sehingga kuman tidak dapat merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan diperiksa

berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat dalam urin, basil tes akan negatif.

Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin

mengandung vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03 mg/dl

No comments:

Post a Comment

Komentar yang banyak
Kritik dan saran diperlukan dalam pengembangan Blog ini agar menjadi lebih baik