WELCOME 3:)

LETS ROCK WITH THE WORLD
MAKING WORLD KNOW WHO US
and SHOWING REASON for OUR EXISTENCE

Total Pageviews

Saturday, December 4, 2010

Kesalah Pahaman masyarakat dan Mahasiswa akan Ijazah Kedokteran

LOMBA ESSAY FAKULTAS KEDOKTERAN

Oleh:
Muhammad Shanan Asyi




SMAN UNGGUL 10 FAJAR HARAPAN
BANDA ACEH

Tema :
Ijazah Kedokteran: Peluang Kenyataan/Realita

Judul:
Kesalahan Pahaman Masyarakat dan Mahasiswa
Akan Ijazah Kedokteran









Biodata Penulis
1. Nama Lengkap : Muhammad Shanan Asyi
2. Tempat Tanggal Lahir : Banda Aceh, 30 Januari 1993
3 Sekolah : SMA Negeri 10 Fajar Harapan Banda Aceh
4. Alamat Sekolah : Jl. Fajar Harapan, Ateuk Jawo, No Telp. 0651-7409840
5. No. Telefon : (0651) 31174
6. Email : shanan_az@yahoo.com
7. Nama Orang Tua - Ayah : Dr. H. Muhammad Andalas SpOG
- Ibu : Yastina Ratu SE
8. Alamat Lengkap Orang Tua : Jl. Taqwa no. 11 Kel. Keuramat Banda Aceh
9. Pekerjaan Orang Tua - Ayah : Dosen / Dokter
- Ibu : Almarhumah
10. Anak ke 2 dari 3 bersaudara
11. Nama saudara , mulai dari yang teratas :
1. Visa Yunanda
2. Muhammad Rizal Akbar
12. Motto Hidup : Hidup bukan hanya untuk sekarang, tapi untuk hari esok dan hari yang akan datang
13. Visi dan Misi Hidup : Mendapatkan medali emas IBO



Kesalahan Pahaman Masyarakat dan Mahasiswa Akan Ijazah Kedokteran
Setiap tahun di Indonesia sepuluh ribu dokter dihasilkan, akan tetapi masih cukup banyak masyarakat di pedesaan termasuk juga di Nanggroe Aceh Darusaalam sampai saat ini tidak pernah tersentuh oleh tenaga dokter, mengapa?
Dokter ialah sebuah profesi mulia atau pekerjaan yang bertugas menyembuhkan atau mengobati orang – orang yang keadaan kondisi tubuhnya tidak sehat sehingga menjadi normal kembali.
Pada masa lalu pengobatan bagi orang yang tidak sehat, cenderung pada pemakaian herbal, tumbuh – tumbuhan.. Ini dikarenakan kepercayaan mereka kepada teori animisme, bahwa semua benda yang mati pasti mempunyai roh dan ada hubungannya dengan roh leluhur. Ilmu kedokteran berkembang secara berangsur – angsur di Mesir kuno, India kuno, Yunani kuno, Persia dan lain – lain. Pada tahun 1400-an terjadi lonjakan besar / perubahan besar pada dunia kedokteran dengan pedekatan kedokteran lebih ke ilmu sains. Vesalius seorang ahli anatomi mematahkan teori – teori besar kedokteran kuno seperti teori Galen, Hippocrates, dan Avicenna. Ilmu kedokteran yang kita lihat dan dipraktekkan pada masa ini berkembang pada akhir abad 18 Masehi dan awal abad 19 Masehi di Inggris (William Harvey), Jerman (Rudolf Virchow), dan Perancis (Jean Martin Charcot, Claude Bernard).
Ilmu kedokteran modern yang kita lihat sekarang ini menggantikan tradisi kedokteran barat kuno, yang menganut paham animisme, humoralisme, dan semua paham pra-modern lainnya. Lalu pada awal tahun 1900-an pusat ilmu kedokteran berganti ke Britania Raya dan Amerika Serikat (oleh William Osler, Harvey Chusing).
Ilmu kedokteran terus berkembang sampai abad ini. Hal ini menyebabkan masyarakat sangat tergantung pada dokter apabila kondisi tubuhnya menurun dan terserang penyakit. Dokter secara umum diklasifikasi dua macam yaitu dokter umum dan dokter spesialis. Dokter umum ialah dokter yang memberi pelayanan penyembuhan penyakit secara umum di masyarakat seperti infeksi saluran nafas, Tuberkulosis (TBC), influenza dan penyakit lainnya. Sedangkan dokter spesialis ialah dokter yang memberi pelayanan penyembuhan penyakit secara khusus yang berhubungan dengan bidangnya. Dokter spesialis memiliki banyak bidang seperti dokter spesialis mata, spesialis THT, spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis penyakit dalam, dan lain – lain.
Namun untuk menjadi dokter tidaklah mudah. Seseorang yang ingin menjadi dokter harus bersekolah di fakultas kedokteran dahulu baru bisa menjadi seorang dokter. Bersekolah di fakultas kedokteran sangatlah berat dan sangat berbeda dengan bersekolah di fakultas lain. Lamanya waktu S1 (sarjana kedokteran dan profesi) di fakultas kedokteran adalah 5-6 tahun. Setelah bersekolah selama 4 tahun dan mendapatkan ijazah dokter muda, kita harus melanjutkan lagi dengan masa koas atau pendidikan profesi yaitu masa praktek bagi dokter – dokter muda. Setelah menjalani koas selama 2 tahun, barulah bisa menjadi seorang dokter umum. Sedangkan untuk menjadi dokter spesialis kita harus menjalankan pendidikan spesialis 1 atau S2 kurang lebih selama 3-4 tahun. Dan jika kita ingin mengambil subspesialis atau yang lebih spesifik lagi, kita bisa mengambil spesialis 2 atau S3.
Hal yang menarik dipahami sekarang adalah seberapa efektifkah fakultas kedokteran dalam membuat atau mencetak dokter – dokter yang betul – betul menjadi seorang dokter yang siap terjun ke masyarakat dan bukan hanya sebagai title belaka.
Mari kita lihat beberapa pandangan mahasiswa atau masyarakat umum tentang Fakultas Kedokteran. Menurut mereka Fakultas Kedokteran merupakan fakultas yang sangat prestisius (terpandang), sehingga menurut mereka suatu Universitas akan sangat bergengsi bila memiliki fakultas kedokteran. Orang yang menyebut dirinya sebagai seorang Mahasiswa fakultas kedokteran pasti lebih terpandang baik dan cerdas oleh orang banyak daripada seseorang yang kuliahya di fakultas ekonomi atau di fakultas - fakultas lainnya. Asumsi ini tersebut telah terpatri (tertanam) secara luas di masyarakat bahkan sampai – sampai di sekolah saya. Saya sendiri (penulis) adalah seorang siswa SMA. Saya sendiri melihat bahwa fakultas kedokteran sangat terpandang di sekolah saya. Ketika seseorang bertanya kepada teman lainnya kemana akan melanjutkan pendidikan setelah selesai SMA, umumnya mereka mengatakan Universitas di luar Aceh. Lalu orang tersebut menanyakan lagi, “bagaimana dengan Unsyiah (Universitas Syiah Kuala), bukankah itu juga termasuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri) yang tergolong bagus / baik?” Dan pasti jawaban dari yang ditanya tersebut adalah “Aku mau masuk Unsyiah asalkan dapat lulus / masuk Fakultas Kedokteran.


Dari hal diatas kita dapat melihat bahwa Fakultas Kedokteran di mata masyarakat memang merupakan sebuah fakultas yang sangat luar biasa (terpandang). Dan hal itulah yang membuat kesalah pahaman sebagian orang tentang fakultas kedokteran.
Orang tua calon mahasiswa rela membayar berapa saja yang diperlukan sebagai uang pelicin kepada seseorang yang bisa membantu untuk menyekolahkan anaknya di fakultas kedokteran. Seorang calon mahasiswa rela belajar mati – matian sampai larut malam untuk dapat lolos SPMB (seleksi penerimaan mahasiswa baru) hanya untuk memasuki fakultas kedokteran. Dan hal – hal tersebut masih merupakan hal – hal yang dilihat oleh masyarakat umum tentang fakultas kedokteran.
Sekarang kita akan masuk kepada tipe – tipe orang yang memasuki fakultas kedokteran. Ada tiga tipe orang yang bersekolah di fakultas kedokteran:
1. Orang yang benar-benar bercita – cita atau berkeinginan menjadi dokter
2. Orang yang hanya berkeinginan menambah ilmu yang ia miliki
3. Orang yang sama sekali tidak ingin menjadi dokter dan tidak ingin mengemban atau menuntut ilmu kedokteran, tetapi hanya karena permintaan atau desakan pihak lain
Tipe mahasiswa pertama yaitu mahasiswa yang berkeinginan menjadi dokter juga dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Orang yang ingin menjadi dokter karena ingin menjadi kaya
2. Orang yang ingin menjadi dokter karena pengabdiannya kepada bangsa dan Negara
3. Orang yang ingin menjadi dokter karena belum memiliki tujuan hidup apapun
4. Orang yang ingin menjadi dokter hanya untuk terkenal dan menjadi orang terhormat



Yang paling aneh dari tipe yang pertama yaitu orang dari bagian yang ketiga karena dia masuk ke Fakultas Kedokteran dengan cita – cita ingin menjadi dokter namun dia ingin menjadi dokter dan masuk fakultas kedokteran hanya karena alasan bahwa dia harus menjadi seorang mahasiswa dan memilih fakultas yang dia inginkan karena kalau tidak dia hanya akan menjadi seorang pengangguran yang hanya berijazahkan SMA dan dengan skill yang terbatas. Karena alasan itulah orang bagian yang ketiga memilih untuk menjadi dokter. Menurutnya profesi dokter adalah satu – satunya jalan bagi dia untuk mendapatkan tempat yang layak di mata masyarakat.
Masalah selanjutnya ada dari orang tipe kedua, yaitu orang yang masuk fakultas kedokteran hanya karena ingin menambah ilmu pengetahuan yang ia miliki. Biasanya Orang tersebut berasal dari siswa – siswa yang pernah mengikuti ajang kompetisi pendidikan seperti Olimpiade. Karena kecintaanya pada ilmu alam sehingga dia masuk / memilih fakultas kedokteran hanya sebagai ajang untuk menambah ilmunya. Masalah yang muncul dari orang seperti ini ketika dia tamat dari fakultas kedokteran, dia masih ingin terus mendapatkan ilmu atau menambah ilmu yang ia miliki dan bukannya terjun langsung ke masyarakat sebagai seorang dokter karena sesungguhnya tujuan orang tipe ini ialah menjadi seorang saintist bukan menjadi seorang dokter.
Tipe yang ketiga yaitu orang yang sama sekali tak ingin menjadi dokter. Dia menjadi dokter hanya karena paksaan pihak kedua seperti orang tua, pacar, teman, keluarga, sekolah, bahkan peluang beasiswa yang hanya akan muncul jika ia memasuki fakultas kedokteran. Setiap saat orang tipe ini hanya akan menjalani kehidupan di Fakultas kedokteran dengan hanya mengeluh tanpa menikmatinya sedikitpun. Coba kita bayangkan jika seorang siswa SMA masuk dalam pelajaran yang tidak ia sukai pasti ia akan merasa waktu sangat lama dan ingin waktu cepat berlalu, dan pelajaran tidak akan ia dapatkan sedikitpun, dan begitu juga yang terjadi dengan orang tipe ketiga ini.




Di Internet saya membaca tentang percakapan seseorang mahasiswa fakultas kedokteran dengan seorang sarjana Ekonomi, tentang keinginan dia (sarjana Ekonomi) untuk kuliah di Fakultas kedokteran dikarenakan suaminya yang sering berpindah – pindah. Dia ingin masuk fakultas kedokteran dengan alasan bahwa profesi dokter merupakan profesi yang paling cocok dengan tipe berpindah – pindah. Sehingga dia memutuskan untuk mengambil fakultas kedokteran pada umur 26 tahun. Lalu mahasiswa fakultas kedokteran mengatakan bahwa kuliah di fakultas kedokteran sangatlah tidak mudah. “Dengan waktu yang sangat sedikit untuk bersantai dan tugas yang menumpuk sangatlah lelah kalau tau bahwa ini semua akan berjalan selama 4 tahun dan dan ditambah lagi dengan 2 tahun koas. Dan ketika kita melihat bagaimana enaknya mahasiswa dari fakultas lain memiliki banyak waktu untuk bersantai sungguhlah menyesal kita kuliah di fakultas kedoteran. Begitulah kata dari seorang mahasiswa fakultas kedokteran yang masuk fakultas kedokteran hanya karena disuruh orangtuanya.”
Dari hal tersebut kita dapat melihat bahwa jika seorang mahasiswa masuk fakultas kedokteran bukan karena kemauan sendiri namun karena disuruh oleh pihak lain, maka ilmu yang dia pikirkan akan sulit masuk dan dia hanya bisa mengeluh selama 4 tahun tersebut.
Seorang filosofi yang bernama Henrik R. Wulf MD menulis dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Kedokteran” (terjemahan) bahwa seorang mahasiswa kedokteran dihadapkan pada masalah – masalah dan fakta – fakta yang terus bertambah yang sangat rumit mengenai ilmu kedokteran dan apa yang yang mereka lakukan bukanlah ilmu yang dia dapatkan untuk mengobati pasien tapi hanya untuk memuaskan pengujinya saja dia tidak tau sama sekali landasan pemberian ilmu itu dari para dosennya.
Nah sekarang mari kita pikir bahwa bagaimana bila orang – orang tipe diatas tersebut telah mendapatkan ijazah fakultas kedokteran dan telah menjadi koas yang ditempatkan di Rumah sakit. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa koas merupakan seorang sarjana kedokteran yang ditempatkan di beberapa rumah sakit untuk mengasah skillnya sehingga menjadi seorang dokter yang siap pakai. Beberapa orang koas mengatakan bahwa menjadi koas sangat tidak terpandang dalam manajemen suatu rumah sakit, dan beberapa karyawan rumah sakit memang sangat memandang koas sebagai bagian paling bawah atau dianggap pembantu oleh manajemen suatu rumah sakit. Ironisnya para koas sering mendapatkan perkataan dan perlakuan tidak menyenangkan dari pegawai di Rumah Sakit.
Nah di masa koas itulah eksistensi mereka dalam profesi dokter dipertanyakan. dengan bergelar sarjana kedokteran dan menjadi seorang dokter muda, apakah mereka betul – betul mau mengabdi pada negara?
Sekarang mari kita pikir di Indonesia ada sekitar 50 Fakultas kedokteran baik dari Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta. Dan dari 50 fakultas kedokteran tersebut berapakah yang lulus tiap tahunnya dalam satu angkatan?. Jika 1 universitas meloloskan 200 mahasiswa tiap tahunnya berarti akan ada 10.000 sarjana kedokteran yang dihasilkan tiap tahunnya di Indonesia. Bayangkan dengan banyaknya orang yang lulus tiap tahunnya, seharusnya sudah berapakah jumlah dokter di seluruh Indonesia? Tapi kenapa pula masih ada orang yang mengatakan bahwa daerah mereka kekurangan dokter, dan mengapa Indonesia sampai saat ini masih kekurangan dalam hal tenaga medis. Bila kita berpikir dengan logika kita seharusnya tenaga medis di Indonesia sudah tercukupi, namun kemanakah para dokter itu? Apakah mereka kalah bersaing atau beralih ke profesi yang lain?
Disinilah kita masuk ke dalam inti pokok permasalahan tema kita ini. Apakah ijazah kedokteran hanya dipandang sebagai ijazah yang luar biasa atau hebat yang hanya akan membuat kita lebih terpandang di mata masyarakat? Kalau masyarakat berpikir seperti itu mari kita pikirkan apakah masih ada peluang ijazah kedokteran itu menjadi kenyataan / realita dalam artian apakah orang yang sudah mendapatkan ijazah kedokteran itu benar – benar dapat menjadi dokter yang terjun langsung ke masyarakat?
Ternyata dari sekian banyak dokter diatas hanya 20 persennya saja yang menjadi dokter spesialis, sisanya hanya menjadi dokter umum. Bila kita lihat dari data jumlah dokter yang dihasilkan tersebut sangat banyak tenaga dokter umum kita di Indonesia, akan tetapi realita yang ada banyak PUSKESMAS sampai saat ini masih tidak ada dokternya. Hal ini kemungkinan salah satu penyebab pelayanan kesehatan dimasyarakat menjadi rendah. Kita ambil contoh angka kematian ibu yang masih tinggi, 307 setiap 100000 ibu melahirkan (sensus kesehatan demokrafi Indonesia 2007), jauh lebih tinggi dari Negara tetangga kita Malaysia, 28 orang setiap 100000 ibu melahirkan. Penyebab masih tingginya kematian ibu adalah terlambat dalam mendiagnosa dan merujuk penderita yang mengalami gangguan, kemungkinan akibat ketiadaan dokter di PUSKESMAS terdekat.


Sekarang kita kembali lagi melihat bahwa walaupun seseorang benar – benar menggunakan ijazah dokter dengan keinginan untuk menjadi dokter tapi permasalahnnya mereka hanya mau berada di kota besar saja. Karena sebagian besar dokter tidak mau mengabdi didaerah - daerah terpencil dan sangat terpencil di luar kota – kota besar. Faktor penyebab masih enggannya dokter mengabdi di Desa inilah suatu realita yang terjadi saat ini, umumnya mereka tidak menghayati hakikat sebenarnya menjadi seorang dokter. Mereka menjadi dokter hanya keinginan untuk menjadi kaya dan terkenal saja tanpa berkeinginan untuk mengabdi pada bangsa dan Negara. Dan ada juga yang menjadi dokter karena tuntutan pihak lain semisal keluarga yang menyebabkan dia sangat tidak mengilhami sama sekali profesi menjadi seorang dokter.
Dengan banyaknya jumlah sarjana kedokteran tiap tahunnya yang sampai 10.000-an itu harusnya Indonesia sudah menjadi Negara yang unggul dalam bidang kesehatan. Rupanya keengganan dokter – dokter tersebut untuk pergi ke tempat terpencil semisalnya pedesaan menyebabkan akumulasi dokter – dokter tersebut tertumpuk di kota besar. Sedangkan dokter – dokter di kota sudah sangat banyak sehingga menyebabkan sangat sedikitnya lapangan kerja di kota. Hal tersebut menyebabkan sebagian dari mereka tidak melakukan fungsi seorang dokter dengan optimal. Sehingga mereka tetap berada di kota dan mencari pekerjaan lain, seperti seorang dokter wanita yang hanya menjadi ibu rumah tangga, atau membuka praktek di rumah, dan dokter pria yang hanya menjadi dokter pengganti, ataupun membuka poliklinik. Malah sampai – sampai ada dokter yang beralih profesi menjadi pedagang karena tak mau kerja di desa dan tetap memilih untuk tinggal di kota.
Sekarang kita dapat mengetahui bahwa yang menyebabkan minimnya angka tenaga medis di Indonesia ialah pendistribusian dokter yang tidak baik dan hanya memusat di satu titik. Dan itu semua disebabkan dari pandangan para dokter ketika masih menjadi seorang mahasiswa yang memandang fakultas dan ijazah kedokteran hanya sebagai hal yang akan membuat mereka kaya dan terkenal, dan juga yang sama sekali tidak memiliki niat menjadi seorang dokter tapi menjadi memilih fakultas kedokteran karena paksaan pihak lain yang menganggap menjadi dokter akan membuat mahasiswa tersebut menjadi orang yang hebat dan dapat membanggakan orang – orang yang berada di sekitarnya.


Jadi, ijazah kedokteran sekarang tidak hanya mencetak dokter – dokter yang akan mengabdi pada bangsa dan Negara, akan tetapi juga mencetak orang – orang yang ingin menjadi kaya melalui profesi dokter dan juga orang – orang yang hanya ingin terkenal karena menyandang gelar sarjana kedokteran. Bahkan ijazah kedokteran juga mencetak sarjana kedokteran yang tidak ingin sama sekali menjadi dokter (menjadi dokter karena paksaan / permintaan pihak lain).
Solusi yang dapat saya berikan untuk membuat ijazah kedokteran menjadi ijazah yang benar – benar dapat mencetak dokter – dokter yang menjadi dokter hanya dengan niat untuk mengabdi pada bangsa dan negara yaitu dengan cara mensosialisasikan pada seluruh masyarakat Indonesia bahwa profesi dokter bukan merupakan profesi yang membuat kita kaya maupun menjadi orang terpandang, tetapi profesi dokter ialah profesi yang merupakan suatu pengabdian pada bangsa dan Negara dengan cara menyembuhkan orang yang terkena penyakit. Dan kita juga harus memberitahukan kepada masyarakat Indonesia untuk jangan menyuruh atau memaksa anggota keluarganya untuk masuk fakultas kedokteran jika dia tidak ingin karena hanya akan membuat dia menjalani profesi dokter tanpa rasa ingin mengabdi pada bangsa dan Negara. Karena jika suatu hal tidak dilakukan dengan sepenuh hati / ikhlas hal tersebut tidak akan berjalan dengan baik.
Demikianlah hipotesis saya tentang realita yang terjadi saat ini di masyarakat. Saya harapkan mulai sekarang kita dapat mengubah pandangan kita tentang fakultas dan ijazah kedokteran yang dulu. Dan saya harapkan mulai sekarang ijazah kedokteran akan betul – betul mencetak dokter – dokter yang betul – betul ingin mengabdi pada bangsa dan Negara.



~~wassalam~~

No comments:

Post a Comment

Komentar yang banyak
Kritik dan saran diperlukan dalam pengembangan Blog ini agar menjadi lebih baik