WELCOME 3:)

LETS ROCK WITH THE WORLD
MAKING WORLD KNOW WHO US
and SHOWING REASON for OUR EXISTENCE

Total Pageviews

Friday, June 22, 2012

KAA, Adakah Palestina

Yang terbaru, buat diikutkan lomba VOA Palestina. Juga hadir di kompasiana http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/06/22/konferensi-asia-afrika-adakah-palestina/

Konferensi Asia Afrika, Adakah Palestina?


Masih teringat jelas hari itu. 29 bendera berkumpul, puluhan delegasi, puluhan meja, mewakili jutaan penduduk. Semua berkumpul didalam sebuah gedung, membela hak masing-masing, mencari jalan terbaik untuk permasalahan yang ada. Banyak negara berteriak “kami ingin merdeka”, memang benar teriakan itu terlihat manfaatnya saat ini, namun sayang ada satu yang terkecualikan.

Gedung tempat berlangsungnya perkumpulan itu kini telah ditinggal. Gedung itupun kini hanya menjadi sejarah. Sejarah 29 negara yang pernah mendirikan benderanya di luar gedung di gedung tersebut, dan berusaha memperjuangkan kedaulatan atas negaranya sendiri. Sejarah dimana pernah diadakan suatu perkumpulan besar untuk menjunjung hak sesama.

Kini gedung merdeka hanya tinggal menjadi bangunan tua. Tiap tahunnya diadakan peringatan untuk mengenang hari bersejarah itu. Bendera dinaikkan, pidato Bung Karno diulang kembali. Setiap hari-hari tersebut tiba, gedung itu pun seperti menyusuri mesin waktu dan kembali ke masa lampau.

Indonesia adalah negara terjajah. Tercatat dalam sejarah 4 negara besar pernah menginjakkan kaki dan berusaha untuk mngambil alih kekuasaan Indonesia, hal itu juga diriingi niat mencuri rempah-rempah. Tiap hari pada masa mereka adalah siksaan, setiap hari adalah penghinaan. Namun kini semua itu sudah binasa, ketika negara ini telah berdiri diatas kaki sendiri. Merdeka dari para penjajah tersebut.

28 negara telah merdeka. Namun, mengapa 28? Bukankah negara anggota KAA ada 29?

Jika kita melihat pada masa ini, ada satu negara yang sampai saat ini masih diganggu oleh “orang asing” di pemukimannya sendiri. Lebih lagi, ini merupakan satu-satunya negara yang masih dijajah di dunia saat ini. Tidak lain nama negara itu adalah Palestina.

Palestina sekarang sedang dalam kekacauan militer yang sangat luar biasa. Tidak hanya itu, carut maut konflik politik dalam negeri seolah mendukung hal ini terjadi. Dua partai oposisi. Hamas- Fatah. Seperti melupakan makna negara, mereka tidak peduli pada apa yang terjadi dengan rakyat. Hal yang mereka tahu hanya kemenangan partai. Gengsi ini lah yang terus dipertahankan selama berpuluh-puluh tahun.

Konflik dalam negeri ini menjadi faktor yang memperlancar zionis, yitu bangsa Israel, untuk menyerang dan menduduki palestina. Konflik pulluhan tahun tentang tanah, sejak zaman Nabi Muhammad hingga saat ini yang tidak kunjung selesai.

Banyak sekali teori dan spekulasi tentang alasan Israel menyerang Palestina. Serta banyak juga konspirasi yang terdapat didalamnya. Namun yang dilihat adalah alasannya. Untuk menghancurkan Hamas, bukankah ini yang menjadi alasan bagi mereka untuk menyerang Palestina? Walaupun mereka punya maksuda lain. Tapi bukankah jika tidak ada konflik dalam negeri ini maka mereka juga tidak punya kata-kata untuk menyerang?

Bom molotof, rudal, peluru, penjagalan, semuanya sudah menjadi “rutinitas” yang dialami oleh warga Palestina setiap saatnya.Tidak peduli wanita dan pria, anak-anak dan dewasa, ibu hamil dan balita, semuanya menjadi sasaran empuk.

Benar-benar suatu kondisi yang sangat tidak adil, dimana satu bersenjatakan kendaraan lapis baja, sedangkan satunya hanya dilengkapi dengan batu kerikil yang mereka jumpai. Alhasil para syuhada pun berjatuhan, Mereka mati tidak dengan kesia-siasan, bahkan ada yang mati sambil tersenyum.

Jika kita lihat hal diatas kita dapat bertanya, kemana spirit KAA yang dulunya ada di setiap negara anggotanya, yang telah berhasil membawa negaranya menuju kemerdekaan, kenapa ini semua tidak berlaku di negara ini? Kenapa palestina masih belum merdeka? Bukankah mereka juga termasuk negara anggota KAA.

Kemana negara anggota KAA yang lain? Tidak adalah yang bisa membantu dikarenakan tittle mereka sebagai negara yang pernah terjajah dan negara “berkembang?” Dimana negara-negara yang membentuk gerakan non-blok. Mengapa semuanya terdiam, dinikmati kebebasan dan kemerdekaan yang telah mereka raih. Lalu mereka melupakan sahabat mereka?

Gerakan non-blok yang memiliki tujuan untuk untuk menjamin “kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok” dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik seolah terdiam diri, apakah kongres KAA yang diadakan 3 tahun sekali tidak memiliki manfaat untuk menolong temanya? Bukankah mereka merupakan negara aliansi?. Lalu untuk apa gunanya Dasasila Bandung yang didalamnya terdapat prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.

Kemerdekaan yang telah diraih memang hasil perjaunagan diplomasi politik dan pertahanan dalam negeri sendiri. Namun itu semua memiliki negara anggota KAA sebagai penyokongnya. Namun kemampuan menyokong inilah yang kini sudah tidak dimiliki lagi oleh negara-negara anggota KAA yang tergabung dalam gerakan non-blok.

Jika kita melihat kondisi Palestina saat ini benar-benar seperti hanya kebohongan belaka sesuatu bernama KAA pernah terjadi. Wilayah Palestina masih saja terus digempur. Wilayah Al-Qudus, tempat dimana terdapat mesjid Al-Aqsa, masih merupakan tempat yang dikuasai Israel. Terhitung 87,5% wilayah Al-Qudus timur telah dikuasai Israel. Tidak hanya itu, tembok pembatas Al-Qudus timur dan baratpun telah dihancurkan yang membuat seolah dua wilayah Al-Qudus menjadi sa tu kesatuan.

Mesjid Al-Aqsa, mesjid yang sangat sakral bagi umat muslim juga telah dikuasai, sangat sulit bagi muslim dan rakyat Palestina untuk pergi kesana. Namanya juga sudah diganti oleh Israel menjadi Bukti Sianagog yang menandakan proses yahudisasi oleh zionis tersebut. Yahudisasi tidak hanya melibatkan mesjid Al-Aqsa, banyak tempat juga sudah diubah namanya. Sebagai contoh, nama jalan Wadi Halwah sebelah selatan Masjid Al-Aqsha diubah Israel menjadi jalan Maaleh David, Wadi Rababah menjadi Jay Hanom. Bukan hanya itu, nama-nama tersebut juga sudah mengganti nama-nama di peta online, sebut saja wikimapia dan google.

Padahal apa yang sebenarnya dilakukan Israel ini benar-benar telah berlawanan dengan sejarah dunia sendiri. Israel melakukan itu dengan alsan agama. Agama yahudi merupakan landasan bagi sistem politiknya. Bukan hanya itu, Israel juga pernah menyebut dirinya sebagai negara Yahudi, bukan negara sipil. Bagi mereka negara Israel adalah seluruh penduduk Yahudi di seluruh dunia. Hal ini membuat mereka menjadi negara pertama tanpa batas wilayah yang jelas.

Revolusi Arab sebagai salah satu contoh perubahan sejarah berpolitik bangsa-bangsa yang dulunya menggunakan metode yang sekarang dianggap klasik menuju metode yang lebih modern. Ini dapat terlihat dari upaya mayoritas negara Arab memecahkan modelnya selama ini dan berusaha membebaskan diri dari cap klasik dan masuk ke ranah modern dan masa depan, yakni dengan mengikuti perkembangan dan kemajuan dunia modern. Sedangkan Israel bertindak sebaliknya. Seolah melawan arus sejarah, Israel, dengan politik, hukum dan ideloginya tetap tanpak sebagai negara Timur Tengah yang lebih berafiliasi kepada masa lalu dibanding kepada masa kini; sebagai ‘negara’ otoriter, tertutup, penganut kekerasan, dan kaku dalam agama

Begitulah, Israel yang selama ini mempromosikan diri sebagai “oase” modernitas, demokrasi dan sekularisme di gurun tandus Timur Tengah, sampai saat ini masih tanpak sebagai entitas mitos dari cerita-cerita Taurat.

Namun ditengah-tengah badai yang menghantam warga Palestina, dengan Yahudisasi dari Israel dan agresi militernya, tetap saja rakyat Palestina tidak mau menjadi rakyat yang seenaknya diatur.

Sebagian besar warga Palestina memilih bertahan di wilayah Al-Qudus walaupun Israel telah emmerintahkan untuk meninggalkan rumah mereka.

Salah satu mantan Menteri Israel, Abu Arafah memilih untuk tetap tinggal di Al-Qudus. Mantan Menteri Urusan Al-Quds ini menegaskan bahwa apa yang dirinya beserta aleg-alegnya lakukan adalah untuk memberi contoh kepada warga Palestina cara untuk melawan penjajah Israel dan politinya yang kejam. Hal ini juga untuk memperlihatkan pesan kepada penjajah Israel bahwa mereka tidak akan keluar dari kota suci Al-Quds selamanya dan tidak akan menerima penggusuran rumah-rumah mereka serta penyitaan tanah mereka atau meninggalkannya. Pilihan meninggalkan kota atau mati “syahid” di kota suci merupakan dua pilihan wajib yang menjadi harga mati.

Jika rakyat berjihad dengan cara “aksi bertahan” lain lagi yang dilakukan oleh Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas. Dalam rilis yang diterima Pusat Informasi Palestina, Kamis (21/6) Brigade menyatakan telah berhasil sampai saat ini menembakkan sebanyak 86 rudal dan roket ke sejumlah pemukiman Israel yang berada di sekitar Gaza. Media Israel mengakui 18 warga mereka mengalami luka-luka, dan juga 11 prajurit Israel yang berjaga di perbatasan terluka dalam serangan yang dilancarkan Al-Qassam. Brigade Al-Qassam menegaskan bahwa mereka akan membela Gaza, dan tidak akan membiarkan kejahatan Israel terus berlanjut dengan mudah, ditegaskan bahwa musuh Israel akan membayar harga mahal atas serangannya ke Gaza.

Perjuangan-perjuangan inilah yang dilakukan oleh warga Palestina untuk mempertahankan tanahnya, harga dirinya, kemerdekaannya. Hal ini mereka lakukan seperti memiliki suatu spirit khusus, yang merupakan spirit agama. Namun apakah hanya spirit agama tunggalkah yang ada di mereka. Apakah tidak ada spirit KAA bersamanya. Spirit bahwa mereka satu-satunya negara anggota KAA yang masih merdeka.

Tidak hanya spirit negara Palestina sebagai anggota KAA yang diperlukan. Spirit negara-negara aliansi untuk membantu negara sesama anggota KAA harus dimiliki. Sehingga terbentuk tindakan untuk membantu Palestina. Hal ini harus sesuai dengan tujuan KAA dimana menghasilkan negara non-Blok yang bertujuan sebagai negara aliansi.

Pertanyaan sekarangadalah kenapa negara Aliansi masih terdiam? Haruskah Palestina sendiri yang berjuang? Lalu untuk apa adanya KAA. Untuk apa terciptanya gerakan non-blok. Apakah semua itu terhambat karena rasa takut kepada kekuatan politik besar bernama Israel? Dimana dibelakangnya terdapat kekuatan politik yang tidak kalah besar yang disebut negara super power bernama Amerika? Mari kita bersama-sama merefleksikan kembali.

No comments:

Post a Comment

Komentar yang banyak
Kritik dan saran diperlukan dalam pengembangan Blog ini agar menjadi lebih baik